Senin, 16 April 2012

KARAKTERISASI DAN JARAK KEMIRIPAN UWI (Dioscorea alata L.) BERDASARKAN PENANDA MORFOLOGI UMBI (Characterization and Similarity Distance of Yam (Dioscorea alata L.) Based on Tuber Morphology)- Trimanto



KARAKTERISASI DAN JARAK KEMIRIPAN UWI (Dioscorea alata L.)
BERDASARKAN PENANDA MORFOLOGI UMBI
(Characterization and Similarity Distance of Yam (Dioscorea alata L.)
Based on Tuber Morphology)

Trimanto
UPT.BKT Kebun Raya Purwodadi-LIPI
Jl.Surabaya-Malang, Km 65, Pasuruan, Jawa Timur

ABSTRACT
Yam (Dioscorea alata L.) is a high potential local crop in supporting food security program in Indonesia. A survey, inventory and characterization of yam have been conducted in scattered population at Nganjuk region - East Java.  The research was aimed to identify the characteristic of Nganjuk’s yam based on the tuber morphology and to determine its similarity distance value. The research uses of exploration and observation method, then take each Dioscorea alata L. of every district in the Nganjuk. The observation results of characterisation were analyzed using interval similarity function based on the program NTSys DICE coefficient. The result showed that 22 accession numbers which comprises of 13 variants were found in Nganjuk region. Yams with the same variants indicated a close similarity distance although originated from different areas.
Keyword: Dioscorea alata, yam, characterization, tuber morphology
ABSTRAK
            Dioscorea alata L. merupakan jenis tanaman pangan lokal yang memiliki potensi untuk mendukung program ketahanan pangan di Indonesia. Wilayah Nganjuk memiliki potensi keragaman Dioscorea alata L., sehingga perlu dilakukan inventarisasi dan karakterisasi Dioscorea alata yang tersebar di wilayah ini. Kegiatan penelitian bertujuan untuk: 1)Mengidentifikasi karakter  morfologi umbi Dioscorea alata L. yang terdapat di Nganjuk, 2) Mengetahui kemiripan karakter umbi Dioscorea dengan membuat dendogram jarak kemiripan.  Kegiatan dilakukan dengan metode jelajah dan observasi yaitu meneliti setiap daerah yang ada di wilayah Nganjuk kemudian mengambil setiap aksesi Dioscorea alata L. yang ditemukan. Hasil karakterisasi dari pengamatan morfologi umbi dianalisis dengan fungsi similarity interval pada program NTSys berdasarkan koefisien DICE. Hasil penelitian menunjukan di wilayah Nganjuk ditemukan 22 aksesi Dioscorea alata L. dengan jumlah 13 varian. Dioscorea alata L. dengan varian yang sama menunjukan jarak kemiripan yang dekat walaupun ditemukan pada wilayah yang berbeda.
Kata kunci: Dioscorea alata, uwi, karakterisasi, morfologi umbi
PENDAHULUAN
Jenis umbi-umbian dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti bahan pangan non beras. Umbi-umbian mempunyai keunggulan yakni mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi yang bermanfaat sebagai sumber tenaga.  Tercatat sekitar 50-60 spesies Dioscorea yang dibudidayakan dan telah dimanfaatkan sebagai tanaman pangan dan obat (Coursey, 1976). Dioscorea alata L. (uwi)  merupakan salah satu tanaman pangan berkarbohidrat tinggi, mengandung  63,31 % pati,  6,66 % protein dan 0,64 % lemak (Richana dan Sunarti, 2004). Dioscorea alata L. dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan non beras. Adanya pengembangan tanaman pangan non beras, diharapkan dapat mendukung program ketahanan pangan nasional.
Wilayah Nganjuk berupa dataran rendah dan memiliki keragaman tanaman umbi cukup tinggi. Di Nganjuk tersebar beberapa tanaman umbi yang masih ditanam masyarakat, diantaranya dari marga Colocasia, Xanthosoma, Amorphophallus dan Dioscorea. Tanaman berumbi dari berbagai wilayah belum terkarakterisasi secara pasti, sehingga perlu adanya pengkarakterisasian keragaman tanaman umbi tersebut untuk mengetahui seberapa besar potensi tanaman umbi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Di daerah Jawa Timur terdapat 35 varian dari Dioscorea alata L. (uwi), (Solikin 2009). Dioscorea alata L. (uwi) di Nganjuk diinformasikan memiliki keragaman yang cukup tinggi, sehingga perlu dilakukan inventarisasi Dioscorea alata L.
Karakterisasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui keragaman suatu tanaman. Karakterisasi dapat dilakukan melalui dua penanda, yaitu penanda morfologi dan penanda genetik. Penanda genetik merupakan penanda yang akurat dalam melakukan pengkarakterisasian suatu tanaman. Namun demikian, karakterisasi penanda morfologi tetap harus dilakukan, karena adanya karakterisasi morfologi merupakan data awal untuk melengkapi informasi keragaman suatu tanaman.
Keragaman morfologi umbi Dioscorea alata L. yang tinggi menarik untuk dilakukan analisis kemiripan tanamannya. Analisis dilakukan untuk mengetahui sejauh mana jarak kemiripan Dioscorea alata L. berdasarkan keragaman morfologi umbi. Hasil dari karakterisasi keragaman dan kemiripan tanaman Dioscorea alata L dapat digunakan untuk menentukan potensi dari varian umbi Dioscorea alata L sebagai upaya pengembangan teknik budidayanya. Data karakerisasi dapat digunakan untuk mendukung program pemuliaan tanaman pangan Indonesia.

METEDOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian: Penelitian dilakukan di sekitar Wilayah Nganjuk propinsi Jawa Timur pada bulan Juli sampai Agustus tahun 2011. Karakterisasi Umbi Dioscorea alata L. dilakukan di Kebun Raya Purwodadi. Kecamatan yang diambil sebagai lokasi pengambilan aksesi antara lain: Jatikalen, Ngliyu, Rejoso, Patianrowo, Lengkong, Ngliyu, Wilangan, Sawahan, Ngetos. Buku karakterisasi umbi dari IPGRI (Descriptors for yam/Dioscorea spp. (1997)) digunakan untuk mengkarakterisasi morfologi umbi Dioscorea alata L.
Metode dan analisis data: Survei penelitian dilakukan di setiap wilayah Nganjuk yang dilaporkan mempunyai keragaman uwi seperti diinformasikan oleh masyarakat setempat. Pendataan informasi Dioscorea alata L. (uwi) dilakukan melalui pengamatan langsung dilapangan. Semua informasi yang terkait dengan Dioscorea alata L. (uwi) dilakukan pengamatan langsung dan wawancara dengan warga masyarakat. Beberapa data yang dicatat antara lain: jumlah Dioscorea alata L. (uwi) yang ada di masyarakat, jumlah warga yang masih menanam, ekologi (ph, tanah, lokasi, suhu, kelembaban, garis lintang bujur, faktor biotik Dioscorea), serta etnobotaninya. Karakter yang diamati antara lain umur umbi, pertumbuhan umbi, jumlah umbi dalam 1 tanaman, percabangan pada umbi, jarak umbi dari permukaan tanah, serat umbi, warna kulit dalam umbi, warna kulit luar umbi, permukaan kulit, warna daging, serat daging, rasa daging matang, keempukan, berat, panjang, diameter dari umbi, dan akar pada umbi.  Dendogram jarak kemiripan morfologi umbi dibuat dengan memberikan nilai 1 jika karakter morfologi terpenuhi, dan 0 jika tak terpenuhi. Jarak taksonomi/rataan taksonomi dari hasil pengamatan morfologi ini dianalisis dengan fungsi similarity interval pada program NTSys berdasarkan koefisien DICE/rataan taksonomi (Cahyarini dkk., 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Inventarisasi dan Karakterisasi Dioscorea alata L.
Hasil penelitan menunjukan bahwa di daerah Nganjuk diinventarisasi 22 Aksesi dengan jumlah 13 Varian Dioscorea alata L. (uwi). Berbagai varian uwi tersebut ditemukan pada berbagai ketinggian tempat. Uwi tersebut antara lain, uwi kelopo, uwi bangkulit, uwi ireng, uwi alasan, uwi klelet, uwi randu, uwi senggrami, uwi bangkong, uwi putih, uwi gantung, uwi dursono, uwi ndoro, dan uwi lajer. Sebaran uwi di wilayah Nganjuk dengan faktor lingkungannya dapat dilihat pada Tabel 1.  Uwi yang ditemukan berada pada ketinggian antara 60-700 m dpl, suhu rata rata 30-35 0C, kelembaban udara 59-78%, dan PH tanah 5,6-6,9. Pendataan faktor lingkungan ini diperlukan untuk mengetahui dan membandingkan antara uwi yang memiliki variasi sama tetapi di tanam dilokasi berbeda, apakah menunjukan perbedaan pada karakter umbinya.


 uwi ireng yang kami temukan di Ngliyu







Keterangan:1) Uwi kelopo dari Jatikalen, 2) uwi kelopo dari Wilangan, 3) uwi kelopo dari Ngetos, 4) uwi kelopo dari Ngetos, 5) Uwi bangkulit dari Ngliyu, 6) uwi bangkulit dari Ngliyu, 7) uwi bangkulit dari Rejoso, 8) uwi putih dari Rejoso, 9) uwi ireng dari Ngliyu, 10) uwi ireng dari Wilangan, 11) uwi alasan dari Ngliyu, 12) Uwi Klelet dari Ngliyu, 13) uwi randu dari Ngliyu, 14) uwi senggrani dari Wilangan, 15) uwi senggrani Ngetos, 16) uwi Bangkong dari Sawahan, 17)uwi putih dari Wilangan, 18) uwi putih dari Ngetos, 19) uwi gantung dari Rejoso, 20) uwi Ndoro dari Ngetos, 21) uwi dursono dari Ngetos, 22) uwi lajer dari Wilangan.

Terdapat beberapa uwi dengan varian sama tetapi ditemukan pada lokasi yang berbeda. Penamaan varian uwi yang didapat saat eksplorasi berdasarkan penamaan oleh warga sekitar. Penggalian informasi mengenai karakter tersebut sangat diperlukan untuk menentukan varian-varian uwi yang sekiranya dapat dikembangkan lebih lanjut. Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa uwi dapat hidup normal pada dataran rendah dengan suhu lingkungan rata rata 35 0C, kelembaban sedang, dan PH tanah yang normal. Sebagian uwi ditanam pada pekarangan rumah, tegalan dan sawah. Gambar 22 Uwi yang ditemukan dapat dilihat pada Gambar 1.


Dioscorea alata L. (uwi) di Nganjuk ditanam oleh warga yang rata-rata berumur tua. Warga Nganjuk menanam uwi hanya sebagai tanaman sela, dan jarang dibudidayakan. Menurut masyarakat, jumlah uwi yang terdapat di wilayah Nganjuk sudah mulai berkurang baik jenis maupun populasinya. Kelangkaan orang yang peduli menanam menjadi faktor utama berkurangnya keragaman Dioscorea alata L. (uwi) di Nganjuk.  Peralihan lahan yang biasa ditanam tanaman pangan seperti jagung, kacang, padi yang berubah menjadi lahan tanaman tebu juga menjadi penyebab warga malas untuk menanam uwi. Upaya penyelamatan berbagai macam kelompok tanaman umbi harus segera dilakukan supaya nantinya tanaman umbi-umbian terutama Dioscorea alata L. (uwi)  tidak punah dari masyarakat. Keberadaan Uwi yang semakin jarang ditemukan merupakan bukti bahwa tanaman ini dilingkungan masyarakat sudah mulai tidak diperhatikan. Konservasi merupakan langkah awal dalam penyelamatan tanaman, kemudian diteliti dan dikembangkan untuk mengetahui potensi dari umbi tersebut.

Tujuan warga menanam uwi adalah  memakan umbinya pada saat paceklik. Terdapat sebagian warga yang sengaja menanamnya di tegalan atau di sengkedan sawah mereka. Menurut warga uwi harus dirambatkan pada tanaman tinggi agar umbi yang dihasilkan semakin besar. Apabila tidak ada tanaman untuk rambatan maka warga memberikan kayu atau bambu tegak untuk rambatan uwi. Menurut warga uwi akan tumbuh subur apabila ditanam di lereng atau tanah yang miring karena posisi tanah seperti ini akan memaksimalkan pertumbuhan umbi. Tanah yang gembur akan memaksimalkan pertumbuhan umbi dan kemudahan dalam memanen umbi. Menanam uwi menurut warga cukup mudah dan tidak memerlukan perlakuan khusus. Cukup menanam potongan umbi, uwi akan bertunas saat musim penghujan tiba.

Uwi di Nganjuk rata rata hanya dikonsumsi oleh masyarakat berumur tua. Golongan umur muda jarang mengonsumsi uwi. Warga Nganjuk saling memberikan 1 atau 2 piring uwi matang kepada tetangga apabila mereka panen. Warga biasanya memasak uwi dengan mengukusnya dan  jarang dijadikan olahan makanan lain. Diversifikasi pangan dengan bahan dasar uwi perlu ditingkatkan,  mengingat uwi mengandung karbohidrat tinggi dan serat umbi yang sehat untuk pencernaan. Dari informasi masyarakat setempat ditemukan juga uwi yang berkhasiat untuk menambah darah. Uwi Ndoro dengan warna ungu tua menurut masyarakat setempat dapat mengobati darah rendah dan menambah jumlah darah. Memang ada beberapa uwi yang daging umbinya berwarna jingga dan ungu. Diperlukan adanya penelitan kandungan pigmen pada umbi untuk mengetahui kandungan pigmen tersebut.

Karakterisasi merupakan kegiatan dalam mengidentifikasi sifat-sifat penting yang bernilai ekonomi atau merupakan penciri dari varitas yang akan diteliti (Kurniawan dkk, 2004). Karakterisasi yang dilakukan adalah karakterisasi morfologi umbi, karena morfologi vegetatif lain seperti daun, batang dan bunga masih dalam fase dormansi. Hasil Karakterisasi terhadap 22 umbi Dioscorea alata L. (uwi) dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil karakterisasi tersebut dapat digunakan sebagai acuan bahwa di Nganjuk memiliki keragaman umbi uwi yang cukup tinggi. Terdapat 13 varian uwi yang berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Pemilihan uwi tergantung kebutuhan, sebab umbi uwi yang ditemukan memiliki ukuran, bentuk, warna umbi dan rasa sangat bervariasi.




 Perbedaan bentuk, besar, warna daging dan rasa umbi terlihat pada varian uwi yang ditemukan. Uwi dengan varian sama masih dijumpai variasi morfologi umbinya. Sebagai contoh, uwi kelopo yang secara umum berbentuk bulat dan berdaging putih, didapatkan variasi kulit antara coklat tua dan muda, rasa umbi ada yang agak gurih, sangat gurih dan manis. Tetapi secara umum morfologi umbi tersebut mencerminkan bentuk seperti kelapa. Terdapatnya variasi ini disebabkan karena adanya pengaruh faktor lingkungan.  Uwi kelopo yang kami temukan didapatkan pada daerah yang berbeda, sehingga suhu, kelembaban, kondisi tanah juga berbeda. Tanaman yang ditanam pada lingkungan yang berbeda cenderung beradaptasi dengan lingkungan setempat. Tanaman sejenis akan bervariasi morfologinya apabila faktor lingkungan lebih dominan mempengaruhi tanaman dari pada faktor genetik. Tanaman tidak akan menunjukan variasi morfologi yang signifikan apabila faktor genetik lebih dominan mempengaruhi tanaman tersebut (Suranto, 2001).
  


Perbedaan morfologi berat, panjang, dan diameter umbi juga terlihat pada umbi uwi dengan varian yang sama. Uwi kelopo yang ditemukan di daerah dengan ketinggian 63 m dpl jika dibandingkan dengan ketinggian 331 m dpl ternyata panjang, berat dan diameter umbinya lebih berat yang berada di ketinggian 331 m dpl. Hal tersebut membuktikan bahwa uwi memiliki syarat tumbuh agar umbi yang dihasilkan berkualitas bagus. Karakterisasi morfologi merupakan langkah awal untuk mengetahui karakter-karakter umbi tersebut di habitat liar atau alaminya.

Pengembangan uwi akan mempertimbangkan segi potensi mana yang akan dipilih. Masyarakat menilai bahwa uwi yang memiliki kualitas bagus adalah uwi yang mudah dalam memanennya (kedalaman umbi dan bentuk umbi yang sederhana), rasanya enak dan gurih, empuk, dagingnya berwarna putih bersih dan seratnya halus, karena masyarakat setempat cenderung menanamnya untuk konsumsi sendiri. Apabila uwi yang akan dikembangkan adalah uwi yang cukup untuk konsumsi sendiri maka uwi yang dikembangkan adalah uwi kelopo dan uwi putih. Menurut Franklin et al.  (1975),  karakter uwi yang berkualitas harus memuat bentuk umbi, jumlah umbi, tekstur dan warna daging, dan rasa setelah dimasak. Berdasarkan hasil karakterisasi menurut morfologi umbi dari 17 karakter yang diamati dapat di ketahui umbi berkualitas bagus. Seleksi umbi terpilih berdasarkan morfologi umbi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Seleksi varian uwi berdasarkan kualitas dari penanda morfologi umbi
No

Varian uwi
Karakter umbi seleksi terpilih
1
Uwi putih dari Ngetos
Bentuk umbi lonjong dan mudah dipanen, berat lebih dari 3 kg, dan bercabang mencapai 5, warna daging putih, tekstur halus dan rasa umbi sangat gurih
2
Uwi kelopo dari Ngetos
Bentuk bulat, mudah dipanen, berat umbi mencapai 2 kg, rasa sangat gurih dan kelunakan umbian sedang.
3
Uwi ireng dari Wilangan
Bentuk bulat dan mudah dipanen, umbi bercabang lebih dari 5, berat umbi mencapai 2 kg, rasa umbi manis gurih dan tekstur yang cukup halus.
4
Uwi bangkong dari Sawahan
Bentuk umbi lonjong dan mudah dipanen, ukuran lebih dari 3 kg, dan bercabang mencapai 5, warna daging putih, tekstur halus dan rasa umbi sangat gurih





Uwi kelopo memiliki keunggulan diantara umbi lainya, uwi ini memiliki bentuk bulat dan kedalaman umbinya tertanam cukup rendah sehingga mudah dalam memanennya, daging umbinya halus dan berwarna putih, setelah dikukus uwi memilki tekstur serat yang halus dan rasa yang gurih dan manis. Uwi putih dari Ngetos merupakan uwi yang berpotensi juga untuk dikembangkan, uwi dengan bentuk lonjong besar dengan jumlah umbi 3 mudah dalam memanennya, daging umbinya  berwarna putih bersih dan tekstur halus. Saat dikukus  daging uwi putih sangat empuk dan lembut serta rasanya sangat gurih. Kedua uwi ini memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Uwi kelopo dan  uwi putih dapat dijadikan alternatif makanan pada saat paceklik. Olahan berbagai jenis makanan dapat menggunakan umbi uwi ini mengingat ukuran umbinya relatif besar. 

1.      Jarak Kemiripan Dioscorea alata L. Berdasarkan Morfologi Umbi
Hasil dendogram jarak kemiripan uwi berdasarkan penanda morfologi umbi menunjukan bahwa setiap uwi yang ditemukan memiliki karakter morfologi umbi yang berbeda. Gambar dendogram jarak kemiripan Dioscorea alata L. (uwi) dapat dilihat pada Gambar 2. Uwi dengan varian sama sebenarnya masih menunjukan ciri ciri sama, sehingga jarak kemiripanya juga dekat.  Ada beberapa uwi dengan varian sama tetapi ditemukan pada daerah berbeda ternyata memiliki karakter berbeda pula, misalnya uwi kelopo yang ditemukan pada daerah berbeda ternyata memiliki perbedaan karakter. Uwi kelopo yang ditemukan di Jatikalen dengan di daerah Ngetos ternyata menunjukkan perbedaan. 











 
 
Uwi kelopo dari Ngetos dan Jatikalen bergabung pada jarak 77% dan 62 %. Menurut Cahyarini dkk. (2004), jarak kemiripan dapat dikatakan jauh apabila kurang dari 0.60 atau 60%. Sehingga kelompok-kelompok yang terpisah pada jarak 0.60 sebenarnya masih mempunyai kemiripan yang dekat. Uwi kelopo dari Jatikalen dan uwi kelopo dari Wilangan bergabung pada jarak 85%. Morfologi kedua uwi ini memiliki karakter yang hampir sama. Uwi Kelopo yang di tanam di Jatikalen (63 m dpl) dan Wilangan (331 m dpl) tidak bergabung pada 100 %.  Kedua uwi menunjukan, walaupun dengan varian sama tetapi terdapat perbedaan morfologi pada berat umbi, panjang umbi, warna kulit dalam umbi, dan banyaknya akar pada umbi. Uwi kelopo dari Wilangan berat dan ukuranya lebih besar dibanding uwi kelopo dari Jatikalen. Jumlah akar pada umbi uwi kelopo dari Jatikalen lebih banyak dibanding dari Wilangan. Perbedaan morfologi terjadi karena uwi kelopo dari wilangan ditanam pada  lingkungan yang berbeda. Uwi kelopo di Jatikalen ditanam pada sengkedan sawah, dengan kelembapan yang lebih rendah (59%) dan ketersediaan air yang rendah, sehingga berat dan ukuranya lebih kecil. Ketersediaan air yang rendah menyebabkan akar pada umbinya lebih banyak. Uwi kelopo Wilangan ditanam pada kebun rumah. Berat dan panjang uwi lebih besar dibanding dari Jatikalen. Ketersediaan air dan kelembapan yang lebih tinggi (62%) menyebabkan morfologi umbi lebih berat dan sedikitnya akar pada umbi. Faktor lingkungan berpengaruh terhadap morfologi umbi. Uwi membutuhkan faktor lingkungan yang optimal agar dapat menghasilkan umbi yang berkualitas.  

Pada uwi senggrani  yang ditemukan di Wilangan dan Ngetos juga menunjukan kedekatan yaitu 77 %, Uwi putih wilangan dan Ngetos bergabung pada jarak 77 %. Terdapat beberapa varian uwi yang berbeda membentuk kelompok yang sama pada jarak diatas 60 %, Uwi tersebut diantaranya uwi lajer dari Wilangan  dengan uwi klelet dari Ngliyu (69%).  Uwi randu dari Ngliyu dan uwi lajer dari Wilangan Juga bergabung pada jarak 85 % ini artinya secara morfologi umbi kedua uwi ini memiliki jarak kemiripan dekat.  Kedekatan ini menunjukkan bahwa umbi uwi lajer dan umbi uwi randu secara morfologi menunjukan nilai kemiripan yang besar. Pemberian nama varian uwi berdasarkan keterangan dari penduduk sekitar. Terdapat beberapa uwi yang berbeda secara morfologi tetapi warga memberikan nama yang sama. Sehingga untuk lebih jelasnya melihat varian uwi dapat dilihat pada gambar dan tabel karakterisasi uwi yang bersangkutan.  

Faktor lingkungan berpengaruh terhadap morfologi tanaman, apabila faktor lingkungan lebih dominan dibanding faktor genetis maka tanaman akan mengalami perubahan morfologi (Suranto, 2001). Sehingga dalam jangka waktu lama dimungkinkan tanaman akan mengalami perubahan sifat genetiknya. Tanaman yang mengalami stres lingkungan dimungkinkan akan mengalami mutasi dalam tubuhnya, sehingga pada waktu yang sangat lama berspesiasi. Timbulnya varian-varian baru tanaman juga dimungkinkan hasil dari hibridisasi. Jenis baru tersebut memiliki hubungan yang dekat dengan kedua jenis induk yang disilangkan. Sifat- sifat dari uwi yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat inilah yang mungkin dapat digunakan untuk mencari uwi dengan jenis yang unggul melalui perkawinan silang.


KESIMPULAN
Di wilayah Nganjuk ditemukan 22 Aksesi umbi Dioscorea alata L. (uwi) dengan jumlah 13 varian. Hasil seleksi berdasarkan pengamatan morfologi umbi, varian Dioscorea alata L. (uwi) yang berkualitas adalah uwi putih dari Ngetos, uwi kelopo dari Ngetos, uwi ireng dari Wilangan serta uwi bangkong dari Sawahan. Hasil analisis dendogram jarak kemiripan dari keragaman  umbi Dioscorea alata L. (uwi) menunjukkan, uwi dengan varian sama walaupun berada pada wilayah yang berbeda masih menunjukan jarak kemiripan yang dekat. 

DAFTAR PUSTAKA
Cahyarini, R.D, Ahmad Y. dan Edi P. 2004. Identifikasi Keragaman genetik Beberapa Varietas Lokal Kedelai di Jawa Berdasarkan Analisis Isozim. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Coursey, D.G. 1976. Yams Dioscorea Spp. (Dioscoreaceae): in evolution of crop plants. N.W. Simmond, ed. Longmans. London. P. 70-74.
Franklin, Martin, Cabanillas E, Guadalupe R. 1975. Selected varieties of Dioscorea alata L., the Asian Greater Yam. Journal of Agriculture of The University of Puerto Rico. USA. LIX (3):165-178.
IPGRI/IITA. 1997. Descriptors for Yam (Dioscorea spp.). International Institute of Tropical Agriculture, Ibadan, Nigeria/International Plant Genetic Resources Institute. Rome. Italy.
Kurniawan, Ida S., Tiur S. S. dan Sri G. B. 2004. Katalog data paspor plasma nutfah tanaman pangan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian.
Richana N. dan Sunarti T.C. 2004. Karakterisasi sifat fisiko kimia tepung umbi dan tepung pati dari umbi ganyong, suweg, ubi kelapa dan gembili. Jurnal Pascapanen 1(1):29-37.
Solikin. 2009. Dioscorea sebagai bahan pangan. Prosiding seminar nasional peranan ilmu dan teknologi pertanian dalam mewujudkan ketahanan pangan. FTP UNUD: 32-38.
Suranto. 1991. Studies of population variation in species of Ranunculus. Thesis Departement of Plant Science-University of Tasmania. Hobart.
Suranto. 2001. Study on Ranunculus population: isozymic pattern. Biodiversitas 2(1): 85-91.