Minggu, 23 Februari 2014

REKOMENDASI : KONSERVASI DAN PENGELOLAAN KAWASAN HUTAN PULAU MOYO NUSA TENGGARA BARAT






KONSERVASI DAN PENGELOLAAN KAWASAN HUTAN PULAU MOYO
NUSA TENGGARA BARAT


Pulau Moyo terletak antara 809’36”-8023’19” LS dan 117027’45”–117035’42” BT. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 501/Kpts/Um/1972 tanggal 23 Oktober 1972 Pulau Moyo ditetapkan sebagai kawasan konservasi dan pada tahun 1973 dilakukan tata batas kawasan hutan dengan luas 18.765 Ha. Wilayah Pulau Moyo secara administrasi terletak di Kabupaten Sumbawa Besar, Kecamatan Labuhan Padas, Nusa Tenggara Barat. Terkait dengan pengelolaan kawasan dan konservasi flora maka direkomendasikan beberapa saran yang meliputi: konservasi flora hutan di Pulau Moyo dan pengelolaan kawasan hutan terkait dengan pemanfaatan tumbuhan lokal pada wilayah tersebut. Hasil rekomandasi ini disusun berdasarkah acuan hasil penelitian flora pada kawasan hutan Pulau  Moyo Nusa Tenggara Barat yang dilaksanakan pada tahun 2013.

1.    Konservasi Flora
Hasil Penelitian terhadap flora kawasan hutan Pulau Moyo menunjukan bahwa pada analisa vegetasi pohon kawasan hutan tersebut disominasi oleh Schleicera oleosa (Kesambi). Jenis pohon lain yang mendominasi adalah Alstonia spectabilis, Pterospermum diversifolium dan Schotonia ovata. Pada analisa vegetasi perdu disominasi oleh Streblus asper. Selain jenis Streblus asper, beberapa jenis perdu yang mendominasi adalah jenis Callophyllum inophyllum  dan Protium javanicum. Pada Analisa vegetasi tumbuhan berhabitus pohon pada kawasan ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan perdu. Hasil dari analisa vegetasi di Pulau Moyo menunjukan bahwa keragaman tumbuhan tingkat pohon adalah tinggi, ditunjukan dengan nilai indeks Shanon Wiener sebesar 4,06 sedangkan pada analisa perdu dikawasan ini sangat tinggi, ditunjukan dengan indeks shanon wiener adalah 4,99. Tumbuhan berhabitus pohon jumlah nya lebih sedikit jika dibandingkan perdu. Rata-rata Habitus pohon digunakan sebagai habitat tumbuhan epifit. Sehingga keberadaan pohon tersebut harus dikonservasi karena menjadi inang bagi tumbuhan lain. seperti Schleicera oleosa merupakan habitat anggrek endemik Pterorceras javanica dan paku pakuan.

1.    1. Konservasi flora terkait dengan status konservasi di alam.
Berdasarkan hasil eksplorasi dan penelitian flora di kawasan hutan Pulau Moyo Nusa Tenggara Barat didapatkan bahwa terdapat beberapa jenis flora yang memiliki status langka menurut versi IUCN. Jenis dan status dari flora tersebut tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Status konservasi flora yang diketemukan di Hutan Pulau Moyo NTB

No
Nama Spesies
Famili
Status konservasi
1
Aglaia lawii (Weight) C.J. Saldanha
Meliaceae
Lower Risk/least concern
2
Canarium litorale Blume
Burseraceae
Lower Risk/least concern
3
Aglaia argentea Blume
Meliaceae
Lower Risk/least concern
4
Nauclea diderrichii (De Wild. & T.Durand) Merrill
Rubiaceae
Vulnerable
5
Tacca leontopetaloides (L) Kunze
Taccaceae
Lower Risk/least concern
6
Bauhinia purpurea L
Leguminosae
Lower Risk/least concern
7
Calophyllum soulattri Burm f
Clusiaceae
Lower Risk/least concern
8
Alstonia macrophylla Wall ex G.Don
Apocybaceae
Lower Risk/least concern
9
Aglaia spectabilis (Miq) S.S Jain & Sbennet
Meliaceae
Lower Risk/least concern
10
Aglaia odoratissima Blume
Meliaceae
Lower Risk/least concern
11
Calophyllum inophyllum L
Meliaceae
Lower Risk/least concern


B. Konservasi Anggrek
Populasi dan anggrek pada kawasan ini sangat kecil. Hal tersebut disebabkan kawasan yang memiliki iklim yang kering dan curah hujan yang rendah. Konservasi terhadap anggrek harus dilakukan agar keberadaanya tetap terjaga di hutan. Dimungkinkan perkembangan pariwisata di Pulau Moyo kedepanya akan semakin maju,hal tersebut berdampak terhadap bertambahnya turis domestik dan asing dimungkinkan dapat mengganggu ekosistem hutan. Beberapa jenis anggrek yang ditemukan di hutan dan selayaknya dilindungi terdaftar pada tabel 2. Jenis anggrek Pteroceras javanica ditemukan pada kawasan hutan. Anggrek tersebut merupakan jenis anggrek epifit yang endemik diwilayah tertentu. Bahkan anggrek ini pernah dinyatan punah di alam. Anggrek ini di wilayah Moyo hanya tumbuh pada pohon Scleichera oleosa. Jenis anggrek ini selayaknya dilindungi di habitat aslinya karena tidak dapat beradaptasi diluar habitat aslinya.
Tabel 2. Jenis Anggrek di hutan Pulau Moyo.
Nama spesies
Famili
Jenis anggrek
Nervilia plicata
Orchidaceae
Anggrek tanah
Nervilia aragoana
Orchidaceae
Anggrek tanah
Pteroceras javanica
Orchidaceae
Anggrek epifit
Oberonia iridifolia
Orchidaceae
Anggrek epifit
Eulophia spectabilis
Orchidaceae
Anggrek epifit
Vanda limbata
Orchidaceae
Anggrek epifit

1.    2 . Konservasi flora di sekitar aliran mata air
Kawasan hutan di Pulau Moyo Nusa Tenggara Barat memiliki aliran mata air yang membentuk sungai besar dan oleh masyarakat disebut dengan Brang yang berarti sungai. Beberapa sungai tersebut antara lain Brang Rea, Brang Koa, Brang Stema, Brang Surengale, Brang Sitomang, Brang Sibotok, dan Brang Sangelo. Aliran mata air dikawasan hutan dalam musim kemarau tetap ada dan aliran tersebut masuk dalam kawasan masyarakat. Masyarakat memanfaatkan aliran mata air yang besar ini sebagai kebutuhan sehari-hari. Ketersediaan air tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat karena mereka jarang memiliki sumur. Keberadaan mata air apabila dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan untuk sistem irigasi pertanian karena daerah ini bercurah hujan rendah. Konservasi flora sekitar aliran mata air harus tetap dilakukan karena disepanjang aliran air didominasi oleh pohon pohon besar yang diduga turut berperan dalam menjaga ketersediaan air di hutan dan menjaga tepian sungai dari pengikisan arus air. Beberapa flora yang ditemukan dan disarankan untuk tetap dikonservasi terdaftar pada tabel 3.






Tabel 3. Jenis Pohon di sekitar aliran mata air kawasan hutan Pulau Moyo.
No
Nama spesies
Famili
1
Ficus racemosa
Moraceae
2
Ficus variegata
Moraceae
3
Anthocephalus chinensis
Rubiaceae
4
Schleichera oleosa
Sapindaceae
5
Protium javanicum
Burseraceae
6
Streblus asper
Moraceae
7
Inocarpus fagiferus
Fabaceae
8
Calophyllum inophyllum
Clusiaceae
9
Peltophorum inerme
Fabaceae
10
Alstonia spectabilis
Apocynaceae
11
Artocarpus altilis
Moraceae
12
Artocarpus anisophyllus
Moraceae
13
Pandanus tectorius
Pandanaceae
14
Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
15
Sterculia foetida
Sterculiaceae
16
Moringa oleifera
Moringaceae
17
Nauclea diderrichii
Rubiaceae
18
Ficus septica
Moraceae
19
Mallotus moritzianus
Euphorbiaceae
20
Barringtonia racemosa
Lecythidaceae
21
Ficus superba
Moraceae
22
Ceiba petandra
Bombacaceae
23
Gigantochloa atter
Poaceae
24
Pterospermum diversifolium
Sterculiaceae
25
Antiaris toxicarya
Moraceae
26
Syzygium gracillis
Myrtaceae
27
Phyllanthus emblica
Euphorbiaceae
28
Dysoxylum  Cauliflorum
Meliaceae
29
Acmena acuminatissima
Myrtaceae
30
Microcos paniculata
Malvaceae
31
Ficus nervosa
Moraceae
32
Aglaia spectabilis
Meliaceae
 
2.     Rekomendasi konservasi dan pemanfaatan tumbuhan  lokal

1.      Tumbuhan lokal bermanfaat pangan
Masyarakat di Pulau Moyo sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani. Perekonomian di Masyarakat ini masih tergolong rendah. Produktivitas hasil pertanian yang belum maksimal menyebabkan rendahnya pendapatan penduduk. Sistem agroforestri dimungkinkan dapat diterapkan untuk mengatasi perekonomian masyarakat setempat. Penerapan sistem agroforest yang sesuai adalah menanam beberapa tanaman berpotensi tahan terhadap naungan. Tumbuhan-tumbuhan lokal di hutan dan berpotensi dapat dikembangkan dan ditanam di hutan untuk menambah penghasilan petani.. Beberapa tumbuhan yang disarankan untuk ditanam di area agroforestri terdaftar pada Tabel 4. Tumbuhan berumbi tersebut mendominasi kawasan hutan sehingga sangat cocok untuk dibudidayakan.
Jenis tanaman berumbi memang cocok dibudidayakan di wilayah Pulau Moyo karena kondisi tanah nya yang kering berpasir dan gembur. Kedaaan tanah yang kering dan berpasir yang mondominasai kawasan Pulau Moyo menyebabkan tumbuhan berumbi dapat tumbuh dengan optomal. Jenis Tacca diketahui memiliki sumber karbohidrat yang tinggi dan memiliki kandungan senyawa flavonoid, saponin dan tannin. Tacca dapat dikembangkan sebagai komoditas makanan berkarbohidrat tinggi. Jenis Amorphophallus juga telah banyak diproduksi dan diimport ke luar negri sebagai bahan pembuatan mie dan kosmetik, terutama wilayah Jepang dan Asia Timur. Amorphophallus spp diteliti mengandung glukomanan yang sangat bermanfaat untuk obat-obatan. Produksi Amorphophallus spp dapat mencapai 8-9 ton/ha 9 (Arisoesilaningsih dkk. 2009). Melihat kondisi iklim wilayah hutan, tanaman ini seharusnya dapat tumbuh dengan baik di Pulau Moyo. Melihat potensi wilayah yang ada di Pulau Moyo seharusnya perekonomian masyarakat dapat diperbaiki dengan pengelolaan lahan yang baik sehingga meningkatkan produktivitas hasil pertanian

Tabel 4. Daftar Jenis Tumbuhan lokal yang disarankan untuk dibudidayakan sebagai bahan pangan alternatif
No
Nama spesies
Famili
1
Tacca palmatifida
Taccaceae
2
Tacca leutopenthaloides
Taccaceae
3
Amorphophallus campanulatus
Araceae
4
Dioscorea hispida
Dioscoreaceae
5
Dioscorea alata
Dioscoreaceae
6
Dioscorea pentaphylla
Dioscoreaceae

2.      Konservasi tumbuhan berkayu dan Pemanfaatanya
Beberapa tumbuhan dimanfaatkan oleh masyakat untuk bangunan rumah. Rata-rata rumah yang dibangun adalah rumah panggung dengan memanfaatkan kayu sebagai bahan dasar untuk bangunan. Pemanfaatan tumbuhan untuk bangunan rumah harus memperhitungkan aspek konservasi karena bagian yang diambil adalah batang. Pemanfaatan batang akan membuat tumbuhan tersebut mati karena penebangan. Rata-rata masyarakat di Pulau Moyo mengambil kayu langsung dari hutan sehingga apabila tumbuhan terus dimanfaatkan batangnya tanpa adanya penanaman kembali terhadap tumbuhan tersebut maka dampaknya adalah kerusakan hutan. Tumbuhan berupa pohon besar juga bermanfaat untuk habitat epifit seperti anggrek dan paku. Tumbuhan lokal di hutan dapat dikembangkan dan dibudidayakan untuk mencukupi kebutuhan kayu. Beberapa jenis kayu lokal yang dapat direkomendasikan untuk diperbanyak disekitar area agroforestri terdaftar pada tabel 3.

Tabel 3. Daftar rekomendasi jenis tumbuhan kayu lokal Pulau Moyo
No
Nama spesies
Nama Lokal
Famili
1
Scleichera oleosa
Kasambi
Sapindaceae
2
Alstonia spectabilis
Kayu batu
Apocynaceae
3
Protium javanicum
Loa
Burseraceae
4
Dysoxylum cauliflorum
Buampu'u
Meliaceae
5
Pterocymbium diversifolium
Haju sala
Sterculiaceae

Scleichera oleosa merupakan jenis tumbuhan yang mendominasi wilayah hutan di pulau Moyo. Persebaran kelimpahan jenis tumbuhan tersebut menunjukan bahwa tumbuhan tersebut dapat tumbuh dengan baik di hutan Moyo. Jenis tersebut dapat direkomendasikan untuk kayu lokal. Berdasalkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap jenis tumbuhan yang menyerap karbon dengan sekuestrasi yang tinggi di Kebun Raya Purwodadi adalah jenis Scleichera oleosa. Jenis Scleichera oleosa juga merupakan inang epifit dan spesifik untuk anggrek Pteroceras javanica.
Tumbuhan yang ketersediaanya melimpah tetapi belum termanfaatkan adalah Pandanus tectorius (Pandan pantai). Populasi tumbuhan ini mendominasi kawasan pantai. Pemerintah setempat seharusnya dapat memberikan penyuluhan terkait pemanfaatan tanaman-tanaman lokal yang berpotensi untuk memperbaiki perekonomian masyarakat di Pulau Moyo.