KONSERVASI
DAN PENGELOLAAN KAWASAN HUTAN PULAU MOYO
NUSA
TENGGARA BARAT
Pulau
Moyo terletak antara 809’36”-8023’19” LS dan 117027’45”–117035’42”
BT. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 501/Kpts/Um/1972 tanggal 23
Oktober 1972 Pulau Moyo ditetapkan sebagai kawasan konservasi dan pada tahun
1973 dilakukan tata batas kawasan hutan dengan luas 18.765 Ha. Wilayah Pulau
Moyo secara administrasi terletak di Kabupaten Sumbawa Besar, Kecamatan Labuhan
Padas, Nusa Tenggara Barat. Terkait dengan pengelolaan kawasan dan konservasi
flora maka direkomendasikan beberapa saran yang meliputi: konservasi flora
hutan di Pulau Moyo dan pengelolaan kawasan hutan terkait dengan pemanfaatan
tumbuhan lokal pada wilayah tersebut. Hasil rekomandasi ini disusun berdasarkah
acuan hasil penelitian flora pada kawasan hutan Pulau Moyo Nusa Tenggara Barat yang dilaksanakan
pada tahun 2013.
1.
Konservasi
Flora
Hasil
Penelitian terhadap flora kawasan hutan Pulau Moyo menunjukan bahwa pada
analisa vegetasi pohon kawasan hutan tersebut disominasi oleh Schleicera oleosa (Kesambi). Jenis pohon
lain yang mendominasi adalah Alstonia
spectabilis, Pterospermum
diversifolium dan Schotonia ovata.
Pada analisa vegetasi perdu disominasi oleh Streblus
asper. Selain jenis Streblus asper,
beberapa jenis perdu yang mendominasi adalah jenis Callophyllum inophyllum dan Protium javanicum. Pada Analisa vegetasi
tumbuhan berhabitus pohon pada kawasan ini lebih sedikit jika dibandingkan
dengan perdu. Hasil dari analisa vegetasi di Pulau Moyo menunjukan bahwa
keragaman tumbuhan tingkat pohon adalah tinggi, ditunjukan dengan nilai indeks
Shanon Wiener sebesar 4,06 sedangkan pada analisa perdu dikawasan ini sangat
tinggi, ditunjukan dengan indeks shanon wiener adalah 4,99. Tumbuhan berhabitus
pohon jumlah nya lebih sedikit jika dibandingkan perdu. Rata-rata Habitus pohon
digunakan sebagai habitat tumbuhan epifit. Sehingga keberadaan pohon tersebut
harus dikonservasi karena menjadi inang bagi tumbuhan lain. seperti Schleicera oleosa merupakan habitat
anggrek endemik Pterorceras javanica
dan paku pakuan.
1. 1.
Konservasi flora terkait dengan status konservasi di alam.
Berdasarkan hasil eksplorasi dan penelitian flora di
kawasan hutan Pulau Moyo Nusa Tenggara Barat didapatkan bahwa terdapat beberapa
jenis flora yang memiliki status langka menurut versi IUCN. Jenis dan status
dari flora tersebut tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Status konservasi flora yang diketemukan di
Hutan Pulau Moyo NTB
No
|
Nama
Spesies
|
Famili
|
Status
konservasi
|
1
|
Aglaia
lawii (Weight) C.J. Saldanha
|
Meliaceae
|
Lower Risk/least
concern
|
2
|
Canarium
litorale Blume
|
Burseraceae
|
Lower Risk/least
concern
|
3
|
Aglaia
argentea Blume
|
Meliaceae
|
Lower Risk/least
concern
|
4
|
Nauclea diderrichii (De Wild. &
T.Durand) Merrill
|
Rubiaceae
|
Vulnerable
|
5
|
Tacca
leontopetaloides (L) Kunze
|
Taccaceae
|
Lower Risk/least
concern
|
6
|
Bauhinia
purpurea L
|
Leguminosae
|
Lower Risk/least
concern
|
7
|
Calophyllum
soulattri Burm f
|
Clusiaceae
|
Lower Risk/least
concern
|
8
|
Alstonia
macrophylla Wall ex G.Don
|
Apocybaceae
|
Lower Risk/least
concern
|
9
|
Aglaia
spectabilis (Miq) S.S Jain & Sbennet
|
Meliaceae
|
Lower Risk/least concern
|
10
|
Aglaia
odoratissima Blume
|
Meliaceae
|
Lower Risk/least
concern
|
11
|
Calophyllum
inophyllum L
|
Meliaceae
|
Lower Risk/least
concern
|
B. Konservasi Anggrek
Populasi
dan anggrek pada kawasan ini sangat kecil. Hal tersebut disebabkan kawasan yang
memiliki iklim yang kering dan curah hujan yang rendah. Konservasi terhadap
anggrek harus dilakukan agar keberadaanya tetap terjaga di hutan. Dimungkinkan
perkembangan pariwisata di Pulau Moyo kedepanya akan semakin maju,hal tersebut
berdampak terhadap bertambahnya turis domestik dan asing dimungkinkan dapat
mengganggu ekosistem hutan. Beberapa jenis anggrek yang ditemukan di hutan dan
selayaknya dilindungi terdaftar pada tabel 2. Jenis anggrek Pteroceras javanica ditemukan pada
kawasan hutan. Anggrek tersebut merupakan jenis anggrek epifit yang endemik
diwilayah tertentu. Bahkan anggrek ini pernah dinyatan punah di alam. Anggrek
ini di wilayah Moyo hanya tumbuh pada pohon Scleichera
oleosa. Jenis
anggrek ini selayaknya dilindungi di habitat aslinya karena tidak dapat
beradaptasi diluar habitat aslinya.
Tabel 2. Jenis Anggrek
di hutan Pulau Moyo.
Nama
spesies
|
Famili
|
Jenis
anggrek
|
Nervilia
plicata
|
Orchidaceae
|
Anggrek
tanah
|
Nervilia
aragoana
|
Orchidaceae
|
Anggrek
tanah
|
Pteroceras
javanica
|
Orchidaceae
|
Anggrek
epifit
|
Oberonia
iridifolia
|
Orchidaceae
|
Anggrek
epifit
|
Eulophia
spectabilis
|
Orchidaceae
|
Anggrek
epifit
|
Vanda limbata
|
Orchidaceae
|
Anggrek
epifit
|
1. 2
. Konservasi flora di sekitar aliran mata air
Kawasan
hutan di Pulau Moyo Nusa Tenggara Barat memiliki aliran mata air yang membentuk
sungai besar dan oleh masyarakat disebut dengan Brang yang berarti sungai.
Beberapa sungai tersebut antara lain Brang Rea, Brang Koa, Brang Stema, Brang
Surengale, Brang Sitomang, Brang Sibotok, dan Brang Sangelo. Aliran mata air dikawasan
hutan dalam musim kemarau tetap ada dan aliran tersebut masuk dalam kawasan
masyarakat. Masyarakat memanfaatkan aliran mata air yang besar ini sebagai
kebutuhan sehari-hari. Ketersediaan air tersebut merupakan kebutuhan pokok
masyarakat karena mereka jarang memiliki sumur. Keberadaan mata air apabila
dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan untuk sistem irigasi pertanian karena
daerah ini bercurah hujan rendah. Konservasi flora sekitar aliran mata air
harus tetap dilakukan karena disepanjang aliran air didominasi oleh pohon pohon
besar yang diduga turut berperan dalam menjaga ketersediaan air di hutan dan
menjaga tepian sungai dari pengikisan arus air. Beberapa flora yang ditemukan
dan disarankan untuk tetap dikonservasi terdaftar pada tabel 3.
Tabel 3. Jenis Pohon di sekitar aliran mata air kawasan
hutan Pulau Moyo.
No
|
Nama
spesies
|
Famili
|
1
|
Ficus
racemosa
|
Moraceae
|
2
|
Ficus
variegata
|
Moraceae
|
3
|
Anthocephalus
chinensis
|
Rubiaceae
|
4
|
Schleichera
oleosa
|
Sapindaceae
|
5
|
Protium
javanicum
|
Burseraceae
|
6
|
Streblus
asper
|
Moraceae
|
7
|
Inocarpus
fagiferus
|
Fabaceae
|
8
|
Calophyllum
inophyllum
|
Clusiaceae
|
9
|
Peltophorum
inerme
|
Fabaceae
|
10
|
Alstonia
spectabilis
|
Apocynaceae
|
11
|
Artocarpus
altilis
|
Moraceae
|
12
|
Artocarpus
anisophyllus
|
Moraceae
|
13
|
Pandanus
tectorius
|
Pandanaceae
|
14
|
Kleinhovia
hospita
|
Sterculiaceae
|
15
|
Sterculia
foetida
|
Sterculiaceae
|
16
|
Moringa
oleifera
|
Moringaceae
|
17
|
Nauclea diderrichii
|
Rubiaceae
|
18
|
Ficus
septica
|
Moraceae
|
19
|
Mallotus
moritzianus
|
Euphorbiaceae
|
20
|
Barringtonia
racemosa
|
Lecythidaceae
|
21
|
Ficus
superba
|
Moraceae
|
22
|
Ceiba
petandra
|
Bombacaceae
|
23
|
Gigantochloa
atter
|
Poaceae
|
24
|
Pterospermum
diversifolium
|
Sterculiaceae
|
25
|
Antiaris
toxicarya
|
Moraceae
|
26
|
Syzygium
gracillis
|
Myrtaceae
|
27
|
Phyllanthus
emblica
|
Euphorbiaceae
|
28
|
Dysoxylum Cauliflorum
|
Meliaceae
|
29
|
Acmena
acuminatissima
|
Myrtaceae
|
30
|
Microcos
paniculata
|
Malvaceae
|
31
|
Ficus
nervosa
|
Moraceae
|
32
|
Aglaia
spectabilis
|
Meliaceae
|
2.
Rekomendasi konservasi dan pemanfaatan
tumbuhan lokal
1. Tumbuhan
lokal bermanfaat pangan
Masyarakat di Pulau Moyo sebagian besar
bermatapencaharian sebagai petani. Perekonomian di Masyarakat ini masih
tergolong rendah. Produktivitas hasil pertanian yang belum maksimal menyebabkan
rendahnya pendapatan penduduk. Sistem agroforestri dimungkinkan dapat diterapkan
untuk mengatasi perekonomian masyarakat setempat. Penerapan sistem agroforest
yang sesuai adalah menanam beberapa tanaman berpotensi tahan terhadap naungan.
Tumbuhan-tumbuhan lokal di hutan dan berpotensi dapat dikembangkan dan ditanam
di hutan untuk menambah penghasilan petani.. Beberapa tumbuhan yang disarankan
untuk ditanam di area agroforestri terdaftar pada Tabel 4. Tumbuhan berumbi
tersebut mendominasi kawasan hutan sehingga sangat cocok untuk dibudidayakan.
Jenis tanaman berumbi memang cocok dibudidayakan
di wilayah Pulau Moyo karena kondisi tanah nya yang kering berpasir dan gembur.
Kedaaan tanah yang kering dan berpasir yang mondominasai kawasan Pulau Moyo
menyebabkan tumbuhan berumbi dapat tumbuh dengan optomal. Jenis Tacca diketahui
memiliki sumber karbohidrat yang tinggi dan memiliki kandungan senyawa
flavonoid, saponin dan tannin. Tacca
dapat dikembangkan sebagai komoditas makanan berkarbohidrat tinggi. Jenis Amorphophallus juga telah banyak
diproduksi dan diimport ke luar negri sebagai bahan pembuatan mie dan kosmetik,
terutama wilayah Jepang dan Asia Timur. Amorphophallus
spp diteliti mengandung glukomanan yang sangat bermanfaat untuk
obat-obatan. Produksi Amorphophallus spp
dapat mencapai 8-9 ton/ha 9 (Arisoesilaningsih dkk. 2009). Melihat kondisi
iklim wilayah hutan, tanaman ini seharusnya dapat tumbuh dengan baik di Pulau
Moyo. Melihat potensi wilayah yang ada di Pulau Moyo seharusnya perekonomian
masyarakat dapat diperbaiki dengan pengelolaan lahan yang baik sehingga
meningkatkan produktivitas hasil pertanian
Tabel 4. Daftar Jenis
Tumbuhan lokal yang disarankan untuk dibudidayakan sebagai bahan pangan
alternatif
No
|
Nama
spesies
|
Famili
|
1
|
Tacca
palmatifida
|
Taccaceae
|
2
|
Tacca
leutopenthaloides
|
Taccaceae
|
3
|
Amorphophallus
campanulatus
|
Araceae
|
4
|
Dioscorea
hispida
|
Dioscoreaceae
|
5
|
Dioscorea
alata
|
Dioscoreaceae
|
6
|
Dioscorea
pentaphylla
|
Dioscoreaceae
|
2. Konservasi
tumbuhan berkayu dan Pemanfaatanya
Beberapa tumbuhan dimanfaatkan oleh masyakat untuk
bangunan rumah. Rata-rata rumah yang dibangun adalah rumah panggung dengan
memanfaatkan kayu sebagai bahan dasar untuk bangunan. Pemanfaatan tumbuhan
untuk bangunan rumah harus memperhitungkan aspek konservasi karena bagian yang
diambil adalah batang. Pemanfaatan batang akan membuat tumbuhan tersebut mati
karena penebangan. Rata-rata masyarakat di Pulau Moyo mengambil kayu langsung
dari hutan sehingga apabila tumbuhan terus dimanfaatkan batangnya tanpa adanya
penanaman kembali terhadap tumbuhan tersebut maka dampaknya adalah kerusakan
hutan. Tumbuhan berupa pohon besar juga bermanfaat untuk habitat epifit seperti
anggrek dan paku. Tumbuhan lokal di hutan dapat dikembangkan dan dibudidayakan
untuk mencukupi kebutuhan kayu. Beberapa jenis kayu lokal yang dapat
direkomendasikan untuk diperbanyak disekitar area agroforestri terdaftar pada
tabel 3.
Tabel
3. Daftar rekomendasi jenis tumbuhan kayu lokal Pulau
Moyo
No
|
Nama
spesies
|
Nama
Lokal
|
Famili
|
1
|
Scleichera oleosa
|
Kasambi
|
Sapindaceae
|
2
|
Alstonia spectabilis
|
Kayu batu
|
Apocynaceae
|
3
|
Protium javanicum
|
Loa
|
Burseraceae
|
4
|
Dysoxylum cauliflorum
|
Buampu'u
|
Meliaceae
|
5
|
Pterocymbium diversifolium
|
Haju sala
|
Sterculiaceae
|
Scleichera oleosa merupakan jenis tumbuhan yang mendominasi wilayah hutan di pulau Moyo.
Persebaran kelimpahan jenis tumbuhan tersebut menunjukan bahwa tumbuhan
tersebut dapat tumbuh dengan baik di hutan Moyo. Jenis tersebut dapat
direkomendasikan untuk kayu lokal. Berdasalkan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap jenis tumbuhan yang menyerap karbon dengan sekuestrasi yang tinggi di
Kebun Raya Purwodadi adalah jenis Scleichera oleosa. Jenis Scleichera
oleosa juga merupakan inang epifit dan spesifik untuk anggrek Pteroceras
javanica.
Tumbuhan
yang ketersediaanya melimpah tetapi belum termanfaatkan adalah Pandanus tectorius (Pandan pantai).
Populasi tumbuhan ini mendominasi kawasan pantai. Pemerintah setempat seharusnya
dapat memberikan penyuluhan terkait pemanfaatan tanaman-tanaman lokal yang
berpotensi untuk memperbaiki perekonomian masyarakat di Pulau Moyo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar