Aklimatisasi
Koleksi Tanaman dari Hasil Eksplorasi
Nusa Tenggara Timur (Hutan Egon, Gunung Mutis, dan Taman Wisata Alam Camplong)
di Kebun
Raya Purwodadi
Trimanto
Kebun Raya Purwodadi - LIPI
Jl.Surabaya-Malang, Km 65, Pasuruan, Jawa Timur
email: triman.bios08@gmail.com
ABSTRACT
Acclimatization
of the exploration material is determine to
success adapted plants. Endemic and
rare species of
plants from the results of
exploration are expected to survive and then can
be a collection at
the Purwodadi Botanic Garden. This research is aimed to observing the
acclimatization procces in Purwodadi Botanic Garden and to know species of East Nusa Tenggara plant that can’t adapted in the Purwodadi Botanic Garden. The study was
conducted at nursery unit with observational methods. The results showed that
only 50% of plant from East Nusa Tenggara is survive. There are
about 60 accessions of plant from
Egon, 20 accessions
of plants from Mutis, and 18 accessions
of plants from Camplong
is not survive in
Purwodadi Botanic Garden.
Keywords: Aclimatization, Nusa
Tenggara, Purwodadi Botanic Garden
Pengantar
Eksplorasi
merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan Kebun Raya Purwodadi setiap
tahunya. Kegiatan ini bertujuan menginventarisasi tambuhan hutan terutama jenis
langka dan endemik untuk di Konservasi di Kebun Raya Purwodadi. Kegiatan
Eksploarsi tahun 2010 dilakukan di Nusa Tenggara. Nusa Tenggara Timur merupakan kawasan biogeografi yang terletak di dalam
wilayah Wallacea. Kondisi tersebut menyebabkan flora dan faunanya sangat beragam
(Monk, et al. 1997). Lokasi
eksplorasi di lakukan di 3 wilayah yaitu di wialayah Egon, Gunung Mutis dan
Taman Wisata Camplong. Hingga tahun 2012 Kebun Raya Purwodadi mengkoleksi 59
Nomor Tanaman dari Nusa Tenggara (Suprapto dkk, 2007). Eksplorasi
pada tahun 2012 dilakukan 2 kali. Eksplorasi pertama di
koleksi 129 nomor aksesi dari hutan Egon (Abban dkk, 2011). Eksplorasi
kedua dilakukan di gunung Mutis dan Taman Wisata Alam Camplong. 32 nomor aksesi
dikoleksi dari Gunung Mutis dan 48 Nomor aksesi dikoleksi dari Camplong (Solikin dkk,
2011)
Aklimatisasi
merupakan salah satu tahapan yang dilakukan setelah kegiatan ekplorasi. Kegiatan
Aklimatisasi bertujuan untuk mengkondisikan tanaman hasil eksplorasi agar dapat
bertahan hidup di Kebun Raya Purwodadi. Proses aklimatisasi akan menentukan
seberapa jauh tanaman dapat bertahan hidup, mengingat kondisi lingkungan Kebun
Raya berbeda dengan kondisi aslinya. Nusa Tenggara merupakan kawasan yang
beriklim kering, sehingga secara umum kondisi iklimnya hampir sama dengan Kebun
Raya Purwodadi. Laju degradasi hutan
yang semakin bertambah dapat menyebabkan berkurangnya keragaman hayati terutama
di Nusa Tenggara. Dampak dari perubahan iklim yang semakin panas dikwatirkan
akan menyebabkan kepunahan terhadap jenis jenis endemik dan langka. Upaya
konservasi diperlukan untuk menyelamatkan tanaman dari kepunahan.
Aklimatisasi
yang baik dibutuhkan sebagai upaya pengadaptasian tanaman sampai siap untuk
dijadikan koleksi di Kebun Raya Purwodadi. Kegiatan pengamatan ini bertujuan
untuk mengetahui proses aklimatisasi yang dilakukan di unit seleksi dan
pembibitan dan mengetahui jenis jenis tanaman dari Nusa Tenggara yang mampu
bertahan setelah 1 Tahun di aklimatisasi di Kebun Raya Purwodadi. Hasil
Penelitian dihapakan dapat memberikan masukan untuk proses aklimatisasi
berikutnya.
Bahan
dan Metode
Penelitian
aklimatisasi dilaksanakan pada bulan September 2011 hingga bulan Juli 2012.
Aklimatisasi di laksanakan di rumah kaca unit seleksi dan pembibitan.
Penelitian di fokuskan pada pengamatan hasil eksplorasi tanaman berupa material
stek, biji dan anakan. Jumlah sampel tanaman yang diamati adalah seluruh
tanaman hasil eksplorasi yaitu 129 nomor dari Hutan Egon, 32 nomor dari Gunung
Mutis dan 48 nomor Taman Wisata Camplong Nusa Tenggara Timur. Metode yang
digunakan adalah observasi dan pengamatan. Metode observasi digunakan untuk
mengetahui proses dan alur aklimatisasi yang dilakukan di unit seleksi dan
pembibitan. Metode pengamatan digunakan untuk mengetahui aklimatisasi yang
dilakukan terhadap hasil eksplorasi dari Nusa Tenggara memberikan seberapa
besar keberhasilan proses aklimatisasi yang ditunjukan dengan jumlah tanaman
yang siap untuk ditanam sebagai koleksi di Kebun Raya Purwodadi. Hasil
eksplorasi di Kebun Raya Purwodadi dikelompokan menjadi 2, yaitu kelompok
koleksi umum dan anggrek. Proses aklimatisasi koleksi umum melalui tahapan ; aklimatisasi
awal pada bak pasir murni, penjarangan ke media polibag (pasir : tanah : pupuk
kandang = 1:1:1), pemindahan dalam ruangan kasa, dan perawatan (penyiraman).
Pada aklimatisasi anggrek dilakuakan di rumah kaca anggrek berdasarkan habitat.
jenis epifit ditanam pada media pakis dan jenis anggrek tanah ditanam pada
media tanah dan kompos. Pengukuran suhu, kelembapan, media tanam, dan cahaya
digunakan untuk mengetahui faktor lingkungan di unit seleksi dan pembibitan dan
rumah kaca anggrek.
Hasil
Hasil
aklimatisasi terhadap penanaman hasil eksplorasi dari Nusa Tenggara Timur
menunjukan bahwa proses aklimatisasi berhasil
cukup baik, walaupun masih terdapat banyak tanaman yang tidak dapat bertahan di
kebun Raya Purwodadi. Secara umum hasil aklimatisasi terhadap hasil eksplorasi
dari Egon, Gunung Mutis dan Taman Camplong dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil
Eksplorasi menunjukan bahwa di Egon didapatkan dari jumlah tanaman 129 nomor
terdapat 60 nomor yang mati. Aklimatisasi
terhadap hasil Eksplorasi dari Taman Wisata Camplong menunjukan bahwa
prosentase tanaman yang mampu berdaptasi paling besar yaitu 63% . Sedangkan
aklimatisasi terhadap tanaman dari
Gunung Mutis hanya 38 % saja yang bertahan di Kebun Raya Purwodadi. Kelompok
dan jumlah nomor tanaman yang mampu beradaptasi di Kebun Raya Purwodadi dapat
di lihat pada Gambar 2.
Gambar 1.
Hasil aklimatisasi Tanaman dari Nusa Tenggara Timur
|
Gambar 2.
Kelompok Tanaman dan Jumlah Nomor Tanaman
dari NTT
|
Table 1. Daftar Kolesksi umum
yang tidak mampu beradaptasi di Kebun Raya Purwodadi
Lokasi Eksplorasi
|
Daftar Aksesi Tanaman
|
Hutan
Egon
|
Aglaia
sp.1, Syzygium sp. 1, Plectocomia sp.,
Buchanania sp., Aglaia sp.3, Aglaia sp.4, Burserceae, Tarenna sp., Urticaceae,
Canarium sp., Gen dub, Derris sp.1, Asplenium sp., Eucalyptus urophylla,
Psilotum triquetrum, Ammomum sp.1, Aquilaria filaria, Cerbera sp.1,
Elaeocarpus sp.2, Alseodaphne sp., Ammomum sp.1, Ammomum sp.2, Pittosporum
sp., Canarium sp., Borasus flabellifer, Saurauia sp., Rhamnus sp, Aglaia
sp.5, Bambusa sp., Annonaceae, Ortosiphon sp., Eucalyptus urophylla, Celtis
sp, Grewia sp., Ixora sp., Tacca sp., Capparis sp., Dillenia sp., Commelina
sp., Commelina sp., Blechnum sp., Pyrosia sp., Dischidia nummularifolia
|
Gunung
Mutis
|
Kalanchoe sp.(Balpeas), Euphorbiaceae(Natbona), Eucalyptus
urophylla S. T. Blake , Asplenium
sp., Alocasia sp., Occimum sp., Flacourtiaceae (Haumolo/Kismolo), Zanthoxylum sp (Poan), Tetrastigma sp, Coleus sp., Euphorbiaceae, Kalanchoe sp 1., Asplenium sp 2, Cordia sp.
|
Camplong
|
Ficus
sp.(Nisum), Pterocymbium sp, Podocarpus sp.(Papi), Flacourtiaceae(Bidara
hutan), Flacourtiaceae, Euphorbiaceae
Amorphophallus
campanulatus , Casia javanica, Sapindaceae, Zizipus timoriensis, Verbenaceae,
Aglaia sp, Menispermaceae, Flourtiaceae, Garcinia sp.(Manggis, Albizia
saponaria, Ficus sp.
|
Table 2. Daftar Koleksi
Anggrek yang tidak Mampu Beradaptasi di Kebun Raya Purwodadi
Location of Exploration
|
Daftar Aksesi Tanaman
|
Egon
|
Malaxis
blumei, Acriopsis indica, Thelasis sp, Corybas insuliformis, Dendrobium
salaccense, Trichotosia annulata, Pteroceras emarginatum, Tropidia sp,
Goodyera sp.2, Goodyera sp.1, Goodyera sp.3, Thrixspermum sp., Dendrobium sp.
2, Habenaria sp. 1, Habenaria sp. 2, Nervilia punctata, Thrixspermum
arachnites.
|
Mutis
|
Bulbophyllum sp., Bulbophyllum odoratum (Blume) Lindl., Robiquetia sp.Calanthe
sp., Bulbophyllum ovalifolium
(Blume) Lindl.
|
Camplong
|
Dendrobium
sp.
|
Gambar 3. Beberapa jenis Tanaman dari Nusa Tenggara
Yang mampu beradaptasi dengan Baik di Kebun Raya Purwodadi
|
Artocarpus
sp.
|
Nervilia
aragoana
|
Angiopteris
sp
|
Ixora
sp
|
Mangifera
timoriensis
|
Musa
glauca
|
Eria
retusa
|
Amophorphallus
campanulatus
|
Koleksi dari NTT
|
Table 3. Faktor Lingkungan di
Unit Pembibitan
No
|
Acclimatitation located
|
Faktor Lingkungan
|
|||
Suhu
(0C)
|
Kelembaban
(%)
|
pH
Media
|
Cahaya
(Lux meter)
|
||
1
|
Rumah
kaca (sand media)
|
23-29
|
73-88
|
6,6
|
194-1140
|
2
|
Ruangan
paranet
(media
polybag)
|
22-29
|
70-80
|
5,4
|
580-3500
|
3
|
Rumah
Kaca Anggrek
|
24-28
|
72-77
|
5,2
|
750-2500
|
Pembahasan
Pendataan
faktor lingkungan diperlukan untuk mengetahui kondisi lingkungan aklimatisasi
di unit seleksi pembibitan Kebun raya Purwodadi. Kondisi lingkungan
aklimatisasi awal di rumah kaca menunjukan bahwa media tanam bak pasir murni
sudah memenuhi persyaratan. suhu, kelembapan dah PH yang netral sudah memenuhi
syarat untuk tanaman hidup bila dibandingkan dengan habitat asli tanaman.
Kondisi suhu, kelembapan dan cahaya pada media tanam selanjutnya sudah memenuhi
sayarat. Kondisi media tanam dengan campuran pasir, tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan (1:1:1) memberikan keasaaman pada media. PH media tanam polibag
adalah 5,4. Faktor lingkungan (suhu, kelembapan dan cahaya) di anggrek juga
sudah memenuhi syarat. Media tanam
anggrek tanah adalah campuran antara tanah, pasir dan kompos dengan
perbandingan (1:1:1). Kondisi PH media
tanam anggrek tanah terlalu asam yaitu 5,2. Beberapa jenis anggrek dapat
bertahan dengan kondisi tersebut. Kondisi Anggrek epifit harus diperhatikan
karena banyak anggrek epifit yang mengalami kematian setiap bulanya.
1.
Aklimatisasi
terhadap tanaman koleksi umum (non anggrek)
Proses
aklimatisasi awal saat tanaman umum ditanam pada media pasir memberikan
keberhasilan sekitar 89 % tanaman dapat beradatasi. Proses aklimatisasi awal di
rumah kaca dapat memberikan keberhasilan tanaman dapat beradaptasi dengan baik. Hingga bulan juni 2012 tanaman yang tidak
mampu beradaptasi beradaptasi di Kebun Raya Purwodadi terdapat 47 % tanaman
dari hutan Egon, 62 % dari Gunung Mutis, dan 37 % dari Taman Camplong. Banyak
tanaman yang mati setelah dipindah pada polibag. Pemindahan tanaman pada
polibag menyebabkan kondisi akar harus beradaptasi kembali sehingga kondisi
tersebut menyebabkan banyak tanaman yang harus beradaptasi kembali secara
ekstra. Diperlukan suatu teknik agar tidak sering mengganti media tanam agar
tanaman tidak harus dikeluarkan dari medianya.
Faktor
lokasi pengambilan materi eksplorasi juga berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman. Tanaman yang di koleksi dari Gunung Mutis banyak yang tidak mampu
beradaptasi dikarenakan koleksi tanaman diperoleh dari dataran lebih tinggi
(1575 - 2427 m dpl), sehingga kemungkinan faktor inilah yang menyebabkan
sedikitnya tanaman yang mampu beradaptasi. Jenis tanaman endemik juga tidak
mampu beradaptasi. Jenis endemik Eucaliptus
urophylla yang di koleksi dari Hutan Egon dan Gunung Mutis tidak mampu
beradaptasi pada aklimatisasi awal. Pada Aklimatisasi awal saja tanaman ini
sudah tidak mampu beradaptasi. Diperlukan perlakuan tersendiri untuk
aklimatisasi jenis endemik yang seharusnya dibuat seperti habitat aslinya.
Pengambilan materi biji pada jenis endemik memungkinkan tanaman dapat hidup
karena banyak materi biji dari Nusa Tenggara mampu berkecambah dan tumbuh subur
di pembibitan. Materi berupa biji dari Hutan Egon yang mampu tumbuh dengan
subur adalah jenis Casia sp.
Jenis Litsea, Suregada, Terminalia, Mangifera, Aegle, Flacourtia, Artocarpus,
Wrightia yang dikoleksi dari Taman Camplong juga dapat berkecambah dan
tumbuh di Kebun Raya Purwodadi. Berbagai jenis yang dikoleksi dari materi biji
mampu tumbuh prima dan subur di Kebun raya Purwodadi.
Faktor campuran media tanam tanah, pasir dan pupuk kandang/kompos dengan
perbandingan 1:1:1 menghasilkan PH tanah yang terlalu asam (5,4). Media tanam
tersebut diperlakukan untuk semua jenis tanaman hasil eksplorasi di Kebun Raya
Purwodadi. Tanaman membutuhkan PH tanam yang normal agar dapat tumbuh dengan
baik. Karakteristik media tanam sebagai tempat tumbuh yang
terpenting menurut Acquaah (2002) adalah mempunyai kemampuan memegang air yang
baik, mempunyai aerasi dan draenase yang baik, mempunyai PH yang sesuai dengan
jenis tanaman, dan mengandung unsur hara untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Diperlukan komposisi media yang lebih baik agar tanaman dapat tumbuh dengan
subur. Dewi
(2005) melaporkan bahwa media tanam dengan campuran pasir : pupuk kandang :
tanah dengan perbandingan (1:1:2)
menghasilkan respon terbaik terhadap tinggi tanaman total dan panjang tunas
pada pembibitan mangga. Susilawati, 2007 melaporkan bahwa komposisi media arang sekam: tanah: kompos (1:2:1)
menghasilkan pengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman Helichrysum
bracteatum. Percobaan penggunaan campuran media tanam dengan perbandingan
yang tepat perlu diterapkan untuk mengetahui media tanam yang cocok pada proses
aklimatisasi di Kebun Raya Purwodadi.
Perlakuan terhadap aksesi
tanaman saat pengoleksian dapat diperbaiki untuk menambah daya adaptasi dan
mengurangi jumlah tanaman yang mati di lapangan. Metode yang dapat diterapkan
antara lain perendaman pada cairan Rotone untuk merangsang pertumbuhan akar (Wawangningrum
dan Puspitaningtyas, 2008). Pada jenis paku, akar dibungkus dengan plastik
hitam dengan tujuan menjaga stabilitas auksin pada akar (Hartini, 2006).
Larutan Benlate
fungisida (benomyl 0,03%) dapat digunakan untuk mengurangi
pembusukan material stek (Danthu dkk,. 2002). Semakin banyak
jenis yang mampu beradaptasi maka semakin banyak tanaman yang dapat
terkonservasi di Kebun Raya Purwodadi, mengingat laju degradasi hutan yang
semakin bertambah.
2.
Aklimatisasi
terhadap tanaman koleksi Anggrek
Rata-rata aklimatsisasi terhadap koleksi hasil
ekplorasi anggrek hanya memberikan 50% kehidupan. Jenis anggrek yang dikoleksi
dari Egon cukup banyak dan beragam.
Terdapat 17 nomor yang mati dari 32 nomor yang dikoleksi. Jenis anggrek
dari Gunung Mutis terdapat 5 nomor yang mati. Jenis angrek yang dikoleksi dari
Taman Camplong hanya 3 nomor dan hanya 1 nomor yang bertahan hidup. Banyaknya jenis yang mati merupakan
bukti bahwa banyak anggrek yang tidak mampu beradaptasi di Kebun Raya
Purwodadi. Terdapat 2 kemungkinan yang menyebabkan anggrek mati. Kondisi
lingkungan yang berbeda dengan habitat aslinya dan aklimatisasi yang tidak
tepat. Secara keseluruhan kondisi tanaman anggrek dari Egon, Gunung Mutis dan
Taman camplong yang terdapat di rumah kaca tidak dalam keadaan segar. Salah
satu jenis anggrek endemik dari Nusa tenggara adalah Jenis Corybas insuliformis.
Anggrek ini tidak mampu beradaptasi dalam waktu yang tidak lama. Koleksi
anggrek dari Gunung Mutis Lebih terlihat prima dan segar bila dinbanding
anggrek dari Egon. Jenis Eria retusa, Eria rhynchostyloides, Pholidota glabra,
Ceratostylis radiate, Dendrobium kuhlii yang diperoleh dari Gunung
Mutis mampu beradaptasi dengan baik di Kebun Raya Purwodadi.
Terdapat banyak anggrek yang mengering terutama
untuk jenis epifit. Anggrek epifit hasil eksplorasi diaklimatisasi hanya dengan
penyiraman saja dan tanpa ada penambahan nutrisi. Anggrek epifit membutuhkan
media tanam tambahan unsur hara agar dapat tumbuh dengan baik. Di habitat
aslinya anggrek mendapat kebutuhan unsur hara dari pelapukan humus pada
medianya. Tirta (2006) melaporkan bahwa media campuran pakis dan kadaka (1:1) ditambah pupuk inabio 2,5 mL L-1
memberikan pertumbuhan yang baik pada Jenis Dendrobium. Unsur-unsur yang diberikan melalui daun
dengan cara penyemprotan atau penyiraman kepada daun tanaman agar langsung
dapat diserap guna mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangan. Penyiraman
merupakan faktor yang penting untuk aklimatisasi anggrek epifit karena anggrek
epifit memperoleh nutrisi dan air melalui mudia tanam dan udara. Penyiraman
Anggrek pada proses aklimatisasi di rumah kaca Kebun Raya Purwodadi hanya
dilakukan pada pagi hari ,antara hari senin sampai jumat.Penyiraman pada hari
sabtu dan minggu tidak dilakukan. Faktor frkuensi penyiraman yang tidak teratur
juga menjadi penyebab banyak anggrek epifit yang berkondisi kering.
Jenis anggrek tanah lebih terlihat segar.
Ketersedian nutrisi pada tanah membuat anggrek terlihat lebih segar. Ph media tanam
anggrek tanah adalah 5,2. Keasaman media terjadi karena media yang digunakan
terlalu lama. Terdapatnya jamur dan bakteri dimungkinkan terjadi pada media
asam tersebut. Perlu adanya perbaikan media tanam untuk anggrek tanah agar
jenis Anggrek tanah yang tidak tahan terhadap kondisi asam dapat hidup. Dari 4
nomor aksesi anggrek tanah Goodyera sp, 3 nomor aksesi tidak
mampu beradaptasi dengan kondisi media asam menunjukan bahwa anggrek tersebut
tidak tahan terhadap media asam. Penambahan nutrisi pada anggrek tanah juga
diperlukan untuk memenuhi unsur hara yang tidak terdapat pada media. Jenis
angrek tanah endemik Nusa Tenggara yang tidak bertahan hidup adalah Corybas insuliformis. Anggrek ini tidak
dapat bertahan kurang dari 1 bulan setelah ditaman pada media tersebut. Anggrek
tanah membutuhkan unsur hara dalam pertumbuhanya. Penambahan pupuk diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan unsur hara dalam tanah. Pemupukan anorganik dan
organik mampu menunjang produktifitas perkembangan tanaman anggrek (Rondonumu
dkk, 2009). Pemupukan dapat dilakukan dalam bentuk penyemprotan pada daun
ataupun pada media tanamnya.
Kesimpulan
Hasil
aklimatisasi di unit seleksi dan pembibitan terhadap hasil eksplorasi tanaman
dari Nusa tenggara mampu memberikan 69 jenis tanaman dari Egon dapat bertahan (53%), 12 jenis tanaman dari Gunung
Mutis dapat bertahan (38%), dan 30 jenis tanaman dari Taman Wisata Camplong
(63%). Material biji mampu tumbuh dengan baik di Kebun Raya Purwodadi. Media
tanam untuk koleksi sangat asam. Koleksi anggrek epifit secara keseluruhan
terlihat kering.
Kepustakaan
Abban,
P.F, Askan, Santoso W, Goni A, Subekti D, 2011. Laporan Eksplorasi Flora di
Kawasan Hutan Gunung Egon Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Kebun Raya
Purwodadi. Pasuruan: Jawa Timur
Danthu PP, Soloviev A, Gaye A, Sarr M, Seck and I
Thomas, 2002. Vegetative Propagation of some West African Ficus species by
Cuttings. Agroforestry Systes 55: 57–63
Dewi,
K. 2004. Respon Pertumbuhan Bibit Stum Mangga (Mangifera indica L.) Var.
Kelapa dan Arumanis Pada Komposisi Media dan Ukuran Wadah yang Berbeda.
Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian
Monk, K. A., V. De Freter, G.
Reksodihardjo – Lilley. 1997. The Ecology of Nusa Tenggara and
Maluku (The Ecology of Indonesia Series Volume V). Periplus Edition. Singapore.
Rondonumu
JJ dan DD.Pioh. 2009. Nutrient Needs of Decorated Plant “Anggrek”. Soil Enviroment 7(1):73-79
Solikin,
Masrom A, Jafar, Suhadinoto. 2011. Laporan Eksplorasi Flora di Kawasan Hutan
Gunung Mutis dan Taman Wisata Alam Camplong Nusa Tenggara Timur. Kebun Raya
Purwodadi. Pasuruan: Jawa Timur
Suparwoto,
Waluyo and Jumakir. 2006. Pengaruh Atonik terhadap Perkecambahan Biji Duku. Jurnal Agronomi 10(2): 77-79
Suprapto, A., D. Narko and Kiswojo. 2007. An
Alphabetical List of Plant Species Cultivated in The Purwodadi Botanical
Garden. Purwodadi Botanic Garden. Pasuruan
Susilawati,
E. 2007. Pengaruh Komposisi Media terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan
Tanaman Helichry bracteatum dan Zinnia elegans. Skripsi. Departemen Agronomi
dan Hortikultura. Istitut Pertanian Bogor.
Tirta, I.G.
2006. Pengaruh Beberapa Jenis
Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Jamrud (Dendrobium
macrophyllum A. Rich.). Biodiversitas
7(1):81-84
Wawangningrum, H
dan D.M. Puspitaningtyas. 2008. Keanekaragaman Araliaceae di Suaka Alam Sulasih Talang – Sumatera Barat
dan aklimatisasinya. Biodiversitas
9(2): 123-127.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar