Trimanto
Kebun Raya
Purwodadi - LIPI
triman.bios08@gmail.com
Abstrak
Kegiatan rutin yang
dilakukan di unit seleksi dan pembibitan di Kebun Raya Purwodadi adalah
aklimatisasi dan perbanyakan tanaman. Aklimatisasi merupakan pengadaptasian
terhadap tumbuhan-tumbuhan yang akan ditanam sebagai koleksi Kebun Raya
Purwodadi. Tahapan aklimatisasi tumbuhan umum non-anggrek meliputi penanaman
material, penyungkupan, penjarangan, perawatan dan monitoring. Kegiatan rutin
lain yang dilakukan unit ini adalah perbanyakan tanaman. Beberapa perbanyakan
tanaman yang dilakukan adalah perbanyakan tanaman kritis koleksi kebun raya dan
perbanyakan tanaman yang menunjuang pameran, dekorasi dan taman. Kegitaan rutin
di unit seleksi dan pembibitan bertujuan dalam penyediaan bibit tanaman untuk keperluan
pengelolaan koleksi, kebun koleksi dan kegiatan pendayagunaan tanaman koleksi.
Kata kunci: Aklimatisasi, Perbanyakan Tanaman, Seleksi dan Pembibitan, Kebun Raya
Purwodadi
I. PENDAHULUAN
Unit seleksi dan
pembibitan merupakan salah satu unit dari sie konservasi eksitu di Kebun Raya
Purwodadi. Kegiatan rutin yang dilakukan sub unit seleksi dan aklimatisasi
diharapkan dapat mendukung peningkatan kompetensi lembaga dalam bidang
konservasi dan litbang. Peningkatan kemampuan dalam penyediaan bibit untuk
keperluan pengelolaan koleksi, kebun koleksi dan pendayagunaan tanaman koleksi
menjadi acuan utama unit seleksi dan pembibitan dalam melaksanakan tugasnya. Beberapa
kegiatan rutin yang dilakukan untuk menunjang tugas tersebut adalah
aklimatisasi terhadap material yang akan ditanam sebagai koleksi kebun dan
perbanyakan tanaman.
Aklimatisasi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan pada material tanaman calon
koleksi. Aklimatisasi adalah upaya penyesuaian atau
adaptasi suatu organisme terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Kegiatan
Aklimatisasi bertujuan untuk mengkondisikan material tanaman tersebut agar dapat bertahan hidup di Kebun Raya
Purwodadi. Proses aklimatisasi akan menentukan seberapa jauh tanaman dapat
bertahan hidup, mengingat kondisi lingkungan Kebun Raya berbeda dengan kondisi
aslinya. Aklimatisasi yang baik dibutuhkan sebagai
upaya pengadaptasian tanaman sampai siap untuk dijadikan koleksi di Kebun Raya
Purwodadi. Proses aklimatisasi pada umumnya dilakukan dengan penananaman
material pada media di unit seleksi dan pembibitan, penyungkupan material
tanaman, penjarangan tanaman dalam polybag, perawatan yang meliputi pemupukan
dan penyiraman, dan monitoring terhadap tanaman hingga siap menjadi koleksi
kebun.
Perbanyakan tanaman juga
merupakan kegiatan rutin yang dilakukan unit seleksi dan aklimatisasi. Kegiatan
perbanyakan dilakukan sebagai upaya dalam pendayagunaan tanaman koleksi.
Perbanyakan koleksi kritis dilakukan untuk menyulam koleksi dalam kondisi
kritis di Kebun Raya Purwodadi. Perbanyakan tanaman juga dilakukan untuk
mendukung kegiatan di kebun seperti persiapan pameran, dekorasi, dan persediaan
tanaman untuk taman. Perbanyakan tumbuhan koleksi berpotensi akan menjadi
target kedepan dari unit seleksi dan aklimatisasi di Kebun Raya Purwodadi. Peningkatan
kompetensi lembaga dalam bidang konservasi digunakan sebagai dasar unit seleksi
dan pembibitan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
II. METODE PENELITIAN
Pengamatan dan observasi
dilakukan di unit seleksi dan pembibitan Kebun Raya Purwodadi selama tahun
2012. Pengamatan aklimatisasi dilakukan dengan mengamati setiap tahapan
kegiatan yang dilakukan dalam proses akimatisasi dan penanganan material tumbuhan
non anggrek. Data koleksi kritis diperoleh dari unit registrasi dan data
tanaman yang telah diperbanyak diperoleh di unit seleksi dan pembibitan.
Dokumentasi foto dilakukan untuk mengetahui gambaran kegiatan secara jelas. Metode
wawancara juga digunakan terhadap koordinator unit seleksi dan pembibitan untuk
mengetahui informasi terkait dengan aklimatisasi dan perbanyakan tanaman di
Kebun Raya Purwodadi.
III. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
3.1 Aklimatisasi material
tanaman di unit seleksi dan Pembibitan
Aklimatisasi dilakukan
terhadap material tanaman yang akan dijadikan koleksi di Kebun Raya Purwodadi. Tujuan
utama dari aklimatisasi adalah menyiapkan bibit siap tanam untuk koleksi Kebun
Raya Purwodadi. Proses aklimatisasi menentukan tingkat kehidupan material yang
ditanam. Material tumbuhan dapat berupa vegetatif (seedling, split/anakan, umbi,
rhizoma, bulbil dan stek) dan generatif (biji dan spora). Pada material spora ditanam
pada media moss dan dibungkus rapat.
Material tumbuhan hasil dari eksplorasi dilakukan melalui beberapa
tahapan karena kondisi lingkungan Kebun Raya Purwodadi berbeda dengan habitat
asli dari tumbuhan. Penanganan terhadap material hasil eksplorasi juga
menentukan peranan dalam aklimatisasi. Material tanaman yang tidak tertangani
dengan baik dapat menyebabkan material mengalami pembusukan atau malah tanaman
kering karena kekurangan air sebelum sampai di Kebun Raya Purwodadi. Sampai
saat ini, media yang digunakan untuk membungkus akar maupun stek yang paling
sesuai untuk penanganan material eksplorasi adalah moss dari Bryophite (lumut)
dan Pterydophyte (paku) yang diperoleh langsung dari hutan. Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan aklimatisasi adalah perakaran
(Slamet, 2011). Akar yang makin banyak dan panjang akan meningkatkan bidang
serapan hara (Lestari et al. 1999). kondisi akar yang terbungkus mos
akan tetap mempertahankan kesegaran akar karena moss merupakan media yang dapat
menyerap unsur air dengan baik.
Setelah material hasil
eksplorasi sampai di unit seleksi dan pembibitan, tahapan penanganan terhadap
material menjadi faktor penting untuk membuat tumbuhan dapat beradaptasi dan
survive, sehingga nantinya tumbuhan dapat dijadikan sebagai koleksi Kebun Raya Purwodadi.
Tahapan aklimatisasi terhadap material hasil eksplorasi yang dilakukan di
bagian unit seleksi dan pembibitan secara umum adalah sebagai berikut (Gambar 2).
Tahapan
aklimatisasi yang pertama adalah menanam material hasil eksplorasi pada bak
semai yang berisi pasir murni. Kondisi pasir harus steril agar tidak terjadi
pembusukan yang disebabkan oleh bakteri atau jamur. Material tumbuhan yang
berupa anakan, pembungkus mos pada akar dibuka dan dicek labelnya (Gambar 2.1).
Penambahan rootone pada material diperlukan untuk merangsang pembentukan akar,
(Ardisela, 2010). Bak semai tersebut selanjutnya disungkup dengan plastik
dengan tujuan agar kondisi kelembapan
pada media dan tumbuhan tetap terjaga (Gambar 2.2). Setelah 2 minggu tanaman rata-rata mulai
betunas can cukup kuat untuk disiram dengan air hal ini dilakukan agar tanaman
terjaga kesegaranya. Frekuensi penyiraman berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman (Djajadi dkk, 2010), setelah hampir satu bulan sungkup plastik mulai
dilepas. Tanaman akan semakin membutuhkan banyak air sehingga perlu untuk
disiram 2 kali dalam 1 hari (Gambar 2.3).
Tahapan aklimatisasi
yang pertama adalah menanam material hasil eksplorasi pada bak semai yang berisi
pasir murni. Kondisi pasir harus steril agar tidak terjadi pembusukan yang
disebabkan oleh bakteri atau jamur. Material tumbuhan yang berupa anakan,
pembungkus mos pada akar dibuka dan dicek labelnya (Gambar 1.1). Penambahan
rootone pada material diperlukan untuk merangsang pembentukan akar, (Ardisela,
2010). Bak semai tersebut selanjutnya disungkup dengan plastik dengan tujuan
agar kondisi kelembapan pada media dan
tumbuhan tetap terjaga (Gambar 1.2). Setelah
2 minggu tanaman rata-rata mulai betunas can cukup kuat untuk disiram dengan
air hal ini dialkukan agar tanaman terjaga kesegaranya. Frekuensi penyiraman
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Djajadi dkk, 2010) setelah hampir
satu bulan sungkup plastik mulai dilepas. Tanaman akan semakin membutuhkan
banyak air sehingga perlu untuk disiram 2 kali dalam 1 hari (Gambar 2.3).
Setelah tanaman semakin
tumbuh yang ditandai munculnya banyak daun, maka yang dilakukan setelahnya
adalah pemindahan (transplant) tanaman pada media pasir:tanah:kompos (1:1:1)
setelah tanaman cukup besar pada media tanam ditambah media dengan perbandingan
pasir:tanah:kompos (1:1:2) (Gambar 2.4). Sebenarnya setiap tanaman membutuhkan
komposisi media yang berbeda untuk dapat tumbuh dengan optimal seperti media tanam dengan campuran pasir : pupuk
kandang : tanah dengan perbandingan (1:1:2)
meornghasilkan respon terbaik terhadap tinggi tanaman total dan panjang tunas
pada pembibitan mangga (Dewi, 2005). Komposisi media arang sekam:tanah:kompos
(1:2:1) menghasilkan pengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman Helichrysum bracteatum (Susilowati, 2007)
Tahapan
selanjutnya adalah meletakan hasil penjarangan pada ruangan yang terjaga
kondisi kelembapan dan intensitas cahayanya. Penyiraman dilakukan sehari 1
kali. Pemupukan dengan pupuk cair dialkukan 1 bulan sekali. (Gambar 2.5).
Monitoring dilakukan untuk memantau pertumbuhan tanaman sebelum dijadikan
sebagai koleksi. Rata-rata tanaman akan berada di pemeliharaan sementara 1-2
tahun sebelum ditanam di Kebun Raya Purwodadi. Pengadaptasian diperlukan agar
tanaman setelah di pindah di kebun dapat tumbuh sesuai dengan kondisi iklim
purwodadi yang cenderung panas dan kering. Selama pemeliharaan pemupukan dengan
menggunakan pupuk daun juga dilakukan. Pupuk tambahan diperlukan untuk
meningkatkan dan mempertahankan klorofil. Pupuk tambahan yang digunakan adalah
jenis bokhasi yang diencerkan dengan air (2 cc/l). Monitoring akan terus
dilakukan hingga tanaman siap dipindah sebagai koleksi kebun (Gambar 2.6).
Setelah tanaman terlihat sehat dan subur maka akan dilakukan pemilihan calon
koleksi yang akan ditanaman di kebun. Penanaman dilakukan pada saat musim
penghujan dengan tujuan kebutuan air tanaman saat beradaptasi di kebun dapat
tercukupi.
Piper sp
|
Ficus deltoidea
|
Dioscorea bulbifera
|
Amorphophalus campanulatus
|
Musa glauca
|
Gambar 3. Beberapa jenis Tumbuhan Hasil Eksplorasi yang
Mampu Berdapatsi setelah diaklimatisasi di Kebun Raya Purwodadi
|
Eurycoma longifolia
|
Beberapa
koleksi hasil eksplorasi yang bersifat endemik mampu beradaptasi setelah
diaklimatisasi di unit seleksi dan pembibitan (Gambar 3.). Koleksi tersebut
juga berpotensi untuk dikembangkan. Seperti Piper
sp (sirih merah) yang berpotensi hias dan obat. Eurycoma longifolia (pasak bumi) dan Ficus deltoidea merupakan tanaman
endemik Kalimantan yang diamanfaatkan oleh masyarakat lokal untuk obat kuat. Disocorea bulbifera (uwi gantung) yang
berpotensi sebagai alternatif bahan pangan berkarbohidrat tinggi juga mampu
untuk bertunas dari bulbilnya. Amorphophalus
campanulatus (suweg) dan Musa glauca
dari Nusa Tenggara juga mampu tumbuh dengan baik setelah diaklimatisasi. Beberapa
tanaman endemik yang mampu tumbuh tersebut menunjukan bahwa Kebun Raya
Purwodadi mampu mengadaptasikan tanaman dari berbagai wilayah di Indonesia.
3.2
Perbanyakan Tanaman di unit seleksi dan dan Pembibitan
Beberapa
perbanyakan yang dilakukan di unit seleksi pembibitan adalah perbanyakan
koleksi kritis, perbanyakan tanaman hias, perbanyakan koleksi berpotensi.
Perbanyakan dilakukan melalui material biji, stek batang, stek daun. Pada saat
ini perbanyakan dengan metode kultur jaringan akan dilakuakan terhadap koleksi
kritis maupun berpotensi yang tidak dapat diperbanyak dengan biji ataupun
vegetatif buatan seperti stek dan cangkok.
1.
Perbanyakan
Koleksi Kritis
Gambar 4. Perbanyakan Tanama kritis
|
Perbanyakan
koleksi kritis pada umumnya dilakukan dengan biji. Beberapa jenis koleksi yang
diperbanyak selama tahun 2012 adalah Osmanthus fragans, Ficus carica, Sarcotheca diversifolia,
Dillenia papuana, Sabal mauritiiformis, Bouea macrophylla, Malpighia punicifolia,
Malpighia urens, Zanthoxylum rhetsa, Malpighia angustifolia, Sapindus rarak,
Bouea oppositifolia, Wodyetia bifurcata, Planchonia valida, Siphokentia
beguinii, Sabal palmetto, Licuola penduliflora, Sabal Minor, Flacourtia
jangomas, Phrynium placentarium, Ardisia fuliginosa, Timonius timon, Gronophyllum
pinangoides, Pterosperma elegans, Caryota maxima, Euodia latifolia,
Siphokanthia begunii, Bismarckia nobilis, Psilotum nudum, Syzygium malacense,
Combretum grandiflorum, Murraya paniculata, Parmentiera cereifera, Terminalia chebula,
Livistona saribus, Syzygium littorale.
Tanaman tanaman tersebut merupakan koleksi kritis yang hanya tinggal 1 buah
saja di Kebun Raya Purwodadi. Penyulaman terhadap koleksi diperlukan agar
keberadaan koleksi tetap terjaga di Kebun Raya.
2.
Perbanyakan Tanaman Berpotensi
Perbanyakan tanaman
berpotensi dilakukan dengan memperbanyak tanaman tanaman yang berpotensi baik
berpotensi obat, berpotensi hias dan koleksi unik lainya. Beberapa jenis
tanaman hias yang diperbanyak di unit seleksi dan pembibitan anatara lain Acalypha hispida (merah biru), Acalypha hispida (merah
kecil), Acalypha hispida (kuning hijau)m Graptophyllum pictum (ungu), Polycias
sp, Pseudanthium sp, Calathea zebrina, Dieffenbachia, Codiaeum variegatum,
Cordyline fruticosa, Dracaena sp (hijau), Spathiphyllum sp (hijau kecil),
Soneicium nobili, Sansevieria sp, Aglaonema sp, Crinum, Chlorophytum, Calathea,
Begonia, Coleus, Rhoeo spathacea, Sansiviera. Rata-rata perbanyakan tanaman hias yang dilakukan
di unit seleksi pembibitan dapat tumbuh dengan subur. Pemupukan tanaman hias
sebenarnya diperlukan dengan cara menambahkan NPK, gandasil, hyponex atau
dekaster. Penambahan ZPT pada perbanyakan vegetatif diperlukan untuk merangsang
pembentukan daun baru (Sudaryanto, 2007).
Perbanyakan
tanaman hias dilakukan dengan perbanyakan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan secara vegetatif
dilakukan memali stek batang, akar dan daun. perbanyakan vegetatif digunakan
untuk jenis jenis yang mudah untuk bertunas tanpa harus menunggu terbentuknya
biji. Perbanyakan ini memiliki keuntungan karena memberikan hasil yang sama
dengan indukanya (Adinugraha, dkk. 2007). Perbanyakan secara generatif
dilakukan melalui pembenihan biji. Perbanyakan vegetatif dan generatif
dilakukan pada pasir murni yang steril dan akan di transplant pada media
polybag setelah tanaman tumbuh dengan subur dan sudah memiliki akar yang cukup
kuat.
Perbanyakan koleksi berpotensi dilakukan
untuk display, acara pameran dan persediaan. Pada rencana selanjutnya
perbanyakan juga akan dilakukan untuk memberikan persediaan garden shop Kebun
Raya Purwodadi. Koleksi unik dan menarik juga menjadi perhatian untuk
diperbanyak. Beberapa koleksi berpotensi obat dan pangan diperbanyak di Unit
Seleksi Pembibitan untuk keperluan pameran.
Perbanyakan tersebut diharapkan dapat menunjang kebutuhan pameran yang
sewaktu waktu diikutu Kebun Raya Purwodadi di instansi lain yang bertujuan
untuk memperkenalkan berbagai macam koleksi dan hasil penelitian Kebun Raya
Purwodadi.
IV. KESIMPULAN
Aklimatisasi
terhadap material hasil eksplorasi dilakukan untuk menyediakan bibit siap tanam
sebagai koleksi di Kebun Raya Purwodadi. Tahapan dalam proses aklimatisasi
menentukan tingkat keberhasilan material tanaman untuk tetap survive di Kebun
Raya Purwodadi. Perbanyakan Tanaman unit seleksi dan pembibitan dilakukan
terhadap koleksi kritis dan tanaman-tanaman berpotensi. Perbanyakan dilakukan
untuk menunjang kebutuhan tanaman di Kebun Raya Purwodadi.
V.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha H.A, Pudjiono S, Herawan T. 2007.
Teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia mangium. Jurnal Info Teknis.
5(2):1-6
Ardisela, D. 2010. Pengaruh Dosis Rootone
Terhadap Pertumbuhan Crown Tanaman Nenas (Ananas
comosus). Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. 1(2):48-62
Dewi, K. 2004. Respon Pertumbuhan Bibit Stum
Mangga (Mangifera indica L.) Var. Kelapa dan Arumanis Pada Komposisi
Media dan Ukuran Wadah yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Hortikultura.
Fakultas Pertanian
Djajadi, Heliyanto B, Hidayah N,. 2010.
Pengaruh Media Tanam dan Frekuensi Pemberian Air Terhadap Sifat Fisik, Kimia
dan Biologi Tanah Serta Pertumbuhan Jarak Pagar. Jurnal Littri. 2 (16): 64-69
Slamet.
2011. Perkembangan Teknik Aklimatisasi Tanaman Kedelai Hasil Regenerasi Kultur
Invitro. Jurnal Litbang Pertanian. 30:(2)
Susilawati, E. 2007. Pengaruh Komposisi Media
terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Tanaman Helichry bracteatum dan Zinnia
elegans. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Istitut Pertanian Bogor
Lestari, E.G., R. Purnamaningsih, dan S.Hutami. 1999.
Perbanyakan tanaman tangguh melalui kultur in vitro. Prosiding Ekspose
Hasil Penelitian Bioteknologi Pertanian 1999. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Jakarta.
Sudaryanto,
B. 2007. Budidaya Tanaman Hias Daun Anthurium dan Aglaonema. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar