Selasa, 08 Oktober 2013

Aklimatisasi Koleksi Tanaman dari Hasil Eksplorasi Nusa Tenggara Timur (Hutan Egon, Gunung Mutis, dan Taman Wisata Alam Camplong) di Kebun Raya Purwodadi-Trimanto



Aklimatisasi Koleksi Tanaman  dari Hasil Eksplorasi Nusa Tenggara Timur (Hutan Egon, Gunung Mutis, dan Taman Wisata Alam Camplong)
di Kebun Raya Purwodadi

Trimanto
Kebun Raya Purwodadi - LIPI
Jl.Surabaya-Malang, Km 65, Pasuruan, Jawa Timur
ABSTRACT
Acclimatization of the exploration material is determine to success adapted plants. Endemic and rare species of plants from the results of exploration are expected to survive and then can be a collection at the  Purwodadi Botanic Garden. This research is aimed to observing the acclimatization procces in Purwodadi Botanic Garden and  to know species of East Nusa Tenggara plant  that can’t adapted in the Purwodadi Botanic Garden. The study was conducted at nursery unit with observational methods. The results showed that only 50% of plant from East Nusa Tenggara is survive. There are about 60 accessions of plant from Egon, 20 accessions of plants from Mutis, and 18 accessions of plants from Camplong is not survive in Purwodadi Botanic Garden.
Keywords: Aclimatization, Nusa Tenggara, Purwodadi Botanic Garden

Pengantar
Eksplorasi merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan Kebun Raya Purwodadi setiap tahunya. Kegiatan ini bertujuan menginventarisasi tambuhan hutan terutama jenis langka dan endemik untuk di Konservasi di Kebun Raya Purwodadi. Kegiatan Eksploarsi tahun 2010 dilakukan di Nusa Tenggara. Nusa Tenggara Timur merupakan kawasan biogeografi yang terletak di dalam wilayah Wallacea. Kondisi tersebut menyebabkan flora dan faunanya sangat beragam (Monk, et al. 1997). Lokasi eksplorasi di lakukan di 3 wilayah yaitu di wialayah Egon, Gunung Mutis dan Taman Wisata Camplong. Hingga tahun 2012 Kebun Raya Purwodadi mengkoleksi 59 Nomor Tanaman dari Nusa Tenggara (Suprapto dkk, 2007). Eksplorasi pada tahun 2012 dilakukan 2 kali. Eksplorasi pertama di koleksi 129 nomor aksesi dari hutan Egon (Abban dkk, 2011). Eksplorasi kedua dilakukan di gunung Mutis dan Taman Wisata Alam Camplong. 32 nomor aksesi dikoleksi dari Gunung Mutis dan 48 Nomor aksesi dikoleksi dari  Camplong (Solikin dkk, 2011)
Aklimatisasi merupakan salah satu tahapan yang dilakukan setelah kegiatan ekplorasi. Kegiatan Aklimatisasi bertujuan untuk mengkondisikan tanaman hasil eksplorasi agar dapat bertahan hidup di Kebun Raya Purwodadi. Proses aklimatisasi akan menentukan seberapa jauh tanaman dapat bertahan hidup, mengingat kondisi lingkungan Kebun Raya berbeda dengan kondisi aslinya. Nusa Tenggara merupakan kawasan yang beriklim kering, sehingga secara umum kondisi iklimnya hampir sama dengan Kebun Raya Purwodadi.  Laju degradasi hutan yang semakin bertambah dapat menyebabkan berkurangnya keragaman hayati terutama di Nusa Tenggara. Dampak dari perubahan iklim yang semakin panas dikwatirkan akan menyebabkan kepunahan terhadap jenis jenis endemik dan langka. Upaya konservasi diperlukan untuk menyelamatkan tanaman dari kepunahan.
Aklimatisasi yang baik dibutuhkan sebagai upaya pengadaptasian tanaman sampai siap untuk dijadikan koleksi di Kebun Raya Purwodadi. Kegiatan pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui proses aklimatisasi yang dilakukan di unit seleksi dan pembibitan dan mengetahui jenis jenis tanaman dari Nusa Tenggara yang mampu bertahan setelah 1 Tahun di aklimatisasi di Kebun Raya Purwodadi. Hasil Penelitian dihapakan dapat memberikan masukan untuk proses aklimatisasi berikutnya.
Bahan dan Metode
Penelitian aklimatisasi dilaksanakan pada bulan September 2011 hingga bulan Juli 2012. Aklimatisasi di laksanakan di rumah kaca unit seleksi dan pembibitan. Penelitian di fokuskan pada pengamatan hasil eksplorasi tanaman berupa material stek, biji dan anakan. Jumlah sampel tanaman yang diamati adalah seluruh tanaman hasil eksplorasi yaitu 129 nomor dari Hutan Egon, 32 nomor dari Gunung Mutis dan 48 nomor Taman Wisata Camplong Nusa Tenggara Timur. Metode yang digunakan adalah observasi dan pengamatan. Metode observasi digunakan untuk mengetahui proses dan alur aklimatisasi yang dilakukan di unit seleksi dan pembibitan. Metode pengamatan digunakan untuk mengetahui aklimatisasi yang dilakukan terhadap hasil eksplorasi dari Nusa Tenggara memberikan seberapa besar keberhasilan proses aklimatisasi yang ditunjukan dengan jumlah tanaman yang siap untuk ditanam sebagai koleksi di Kebun Raya Purwodadi. Hasil eksplorasi di Kebun Raya Purwodadi dikelompokan menjadi 2, yaitu kelompok koleksi umum dan anggrek. Proses aklimatisasi koleksi umum melalui tahapan ; aklimatisasi awal pada bak pasir murni, penjarangan ke media polibag (pasir : tanah : pupuk kandang = 1:1:1), pemindahan dalam ruangan kasa, dan perawatan (penyiraman). Pada aklimatisasi anggrek dilakuakan di rumah kaca anggrek berdasarkan habitat. jenis epifit ditanam pada media pakis dan jenis anggrek tanah ditanam pada media tanah dan kompos. Pengukuran suhu, kelembapan, media tanam, dan cahaya digunakan untuk mengetahui faktor lingkungan di unit seleksi dan pembibitan dan rumah kaca anggrek.
Hasil
Hasil aklimatisasi terhadap penanaman hasil eksplorasi dari Nusa Tenggara Timur menunjukan bahwa proses aklimatisasi  berhasil cukup baik, walaupun masih terdapat banyak tanaman yang tidak dapat bertahan di kebun Raya Purwodadi. Secara umum hasil aklimatisasi terhadap hasil eksplorasi dari Egon, Gunung Mutis dan Taman Camplong dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil Eksplorasi menunjukan bahwa di Egon didapatkan dari jumlah tanaman 129 nomor terdapat 60 nomor yang mati.  Aklimatisasi terhadap hasil Eksplorasi dari Taman Wisata Camplong menunjukan bahwa prosentase tanaman yang mampu berdaptasi paling besar yaitu 63% . Sedangkan aklimatisasi terhadap  tanaman dari Gunung Mutis hanya 38 % saja yang bertahan di Kebun Raya Purwodadi. Kelompok dan jumlah nomor tanaman yang mampu beradaptasi di Kebun Raya Purwodadi dapat di lihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Hasil aklimatisasi Tanaman dari Nusa Tenggara Timur
Gambar 2. Kelompok Tanaman  dan Jumlah Nomor Tanaman dari NTT

 

 Table  1. Daftar Kolesksi umum yang tidak mampu beradaptasi di Kebun Raya Purwodadi
Lokasi Eksplorasi
Daftar Aksesi Tanaman
Hutan Egon
Aglaia sp.1, Syzygium sp. 1,  Plectocomia sp., Buchanania sp., Aglaia sp.3, Aglaia sp.4, Burserceae, Tarenna sp., Urticaceae, Canarium sp., Gen dub, Derris sp.1, Asplenium sp., Eucalyptus urophylla, Psilotum triquetrum, Ammomum sp.1, Aquilaria filaria, Cerbera sp.1, Elaeocarpus sp.2, Alseodaphne sp., Ammomum sp.1, Ammomum sp.2, Pittosporum sp., Canarium sp., Borasus flabellifer, Saurauia sp., Rhamnus sp, Aglaia sp.5, Bambusa sp., Annonaceae, Ortosiphon sp., Eucalyptus urophylla, Celtis sp, Grewia sp., Ixora sp., Tacca sp., Capparis sp., Dillenia sp., Commelina sp., Commelina sp., Blechnum sp., Pyrosia sp., Dischidia nummularifolia
Gunung Mutis
Kalanchoe sp.(Balpeas), Euphorbiaceae(Natbona), Eucalyptus urophylla S. T. Blake , Asplenium sp., Alocasia sp., Occimum sp., Flacourtiaceae (Haumolo/Kismolo), Zanthoxylum sp (Poan), Tetrastigma sp, Coleus sp., Euphorbiaceae, Kalanchoe sp 1., Asplenium sp 2, Cordia sp.
Camplong
Ficus sp.(Nisum), Pterocymbium sp, Podocarpus sp.(Papi), Flacourtiaceae(Bidara hutan), Flacourtiaceae, Euphorbiaceae
Amorphophallus campanulatus , Casia javanica, Sapindaceae, Zizipus timoriensis, Verbenaceae, Aglaia sp, Menispermaceae, Flourtiaceae, Garcinia sp.(Manggis, Albizia saponaria, Ficus sp.

Table  2. Daftar Koleksi Anggrek yang tidak Mampu Beradaptasi di Kebun Raya Purwodadi
Location of Exploration
Daftar Aksesi Tanaman
Egon
Malaxis blumei, Acriopsis indica, Thelasis sp, Corybas insuliformis, Dendrobium salaccense, Trichotosia annulata, Pteroceras emarginatum, Tropidia sp, Goodyera sp.2, Goodyera sp.1, Goodyera sp.3, Thrixspermum sp., Dendrobium sp. 2, Habenaria sp. 1, Habenaria sp. 2, Nervilia punctata, Thrixspermum arachnites.
Mutis
Bulbophyllum sp., Bulbophyllum odoratum (Blume) Lindl., Robiquetia sp.Calanthe sp., Bulbophyllum ovalifolium (Blume) Lindl.
Camplong
Dendrobium sp.


Gambar 3. Beberapa jenis Tanaman dari Nusa Tenggara Yang mampu beradaptasi dengan Baik di Kebun Raya Purwodadi
Artocarpus sp.
Nervilia aragoana
Angiopteris sp
Ixora sp
Mangifera timoriensis
Musa glauca
Eria retusa
Amophorphallus campanulatus
Koleksi dari NTT

 

Table  3. Faktor Lingkungan di Unit Pembibitan
No

Acclimatitation located
Faktor Lingkungan
Suhu
 (0C)
Kelembaban
(%)
pH
Media
Cahaya
 (Lux meter)
1
Rumah kaca (sand media)
23-29
73-88
6,6
194-1140
2
Ruangan paranet
(media polybag)
22-29
70-80
5,4
580-3500
3
Rumah Kaca Anggrek
24-28
72-77
5,2
750-2500


Pembahasan
Pendataan faktor lingkungan diperlukan untuk mengetahui kondisi lingkungan aklimatisasi di unit seleksi pembibitan Kebun raya Purwodadi. Kondisi lingkungan aklimatisasi awal di rumah kaca menunjukan bahwa media tanam bak pasir murni sudah memenuhi persyaratan. suhu, kelembapan dah PH yang netral sudah memenuhi syarat untuk tanaman hidup bila dibandingkan dengan habitat asli tanaman. Kondisi suhu, kelembapan dan cahaya pada media tanam selanjutnya sudah memenuhi sayarat. Kondisi media tanam dengan campuran pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan (1:1:1) memberikan keasaaman pada media. PH media tanam polibag adalah 5,4. Faktor lingkungan (suhu, kelembapan dan cahaya) di anggrek juga sudah memenuhi syarat.  Media tanam anggrek tanah adalah campuran antara tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan (1:1:1). Kondisi PH media  tanam anggrek tanah terlalu asam yaitu 5,2. Beberapa jenis anggrek dapat bertahan dengan kondisi tersebut. Kondisi Anggrek epifit harus diperhatikan karena banyak anggrek epifit yang mengalami kematian setiap bulanya.
1.      Aklimatisasi terhadap tanaman koleksi umum (non anggrek)
Proses aklimatisasi awal saat tanaman umum ditanam pada media pasir memberikan keberhasilan sekitar 89 % tanaman dapat beradatasi. Proses aklimatisasi awal di rumah kaca dapat memberikan keberhasilan tanaman dapat beradaptasi dengan  baik. Hingga bulan juni 2012 tanaman yang tidak mampu beradaptasi beradaptasi di Kebun Raya Purwodadi terdapat 47 % tanaman dari hutan Egon, 62 % dari Gunung Mutis, dan 37 % dari Taman Camplong. Banyak tanaman yang mati setelah dipindah pada polibag. Pemindahan tanaman pada polibag menyebabkan kondisi akar harus beradaptasi kembali sehingga kondisi tersebut menyebabkan banyak tanaman yang harus beradaptasi kembali secara ekstra. Diperlukan suatu teknik agar tidak sering mengganti media tanam agar tanaman tidak harus dikeluarkan dari medianya.
Faktor lokasi pengambilan materi eksplorasi juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman yang di koleksi dari Gunung Mutis banyak yang tidak mampu beradaptasi dikarenakan koleksi tanaman diperoleh dari dataran lebih tinggi (1575 - 2427 m dpl), sehingga kemungkinan faktor inilah yang menyebabkan sedikitnya tanaman yang mampu beradaptasi. Jenis tanaman endemik juga tidak mampu beradaptasi. Jenis endemik Eucaliptus urophylla yang di koleksi dari Hutan Egon dan Gunung Mutis tidak mampu beradaptasi pada aklimatisasi awal. Pada Aklimatisasi awal saja tanaman ini sudah tidak mampu beradaptasi. Diperlukan perlakuan tersendiri untuk aklimatisasi jenis endemik yang seharusnya dibuat seperti habitat aslinya. Pengambilan materi biji pada jenis endemik memungkinkan tanaman dapat hidup karena banyak materi biji dari Nusa Tenggara mampu berkecambah dan tumbuh subur di pembibitan. Materi berupa biji dari Hutan Egon yang mampu tumbuh dengan subur adalah jenis Casia sp. Jenis  Litsea, Suregada, Terminalia, Mangifera, Aegle, Flacourtia, Artocarpus, Wrightia yang dikoleksi dari Taman Camplong juga dapat berkecambah dan tumbuh di Kebun Raya Purwodadi. Berbagai jenis yang dikoleksi dari materi biji mampu tumbuh prima dan subur di Kebun raya Purwodadi.
Faktor campuran media tanam  tanah, pasir dan pupuk kandang/kompos dengan perbandingan 1:1:1 menghasilkan PH tanah yang terlalu asam (5,4). Media tanam tersebut diperlakukan untuk semua jenis tanaman hasil eksplorasi di Kebun Raya Purwodadi. Tanaman membutuhkan PH tanam yang normal agar dapat tumbuh dengan baik. Karakteristik media tanam sebagai tempat tumbuh yang terpenting menurut Acquaah (2002) adalah mempunyai kemampuan memegang air yang baik, mempunyai aerasi dan draenase yang baik, mempunyai PH yang sesuai dengan jenis tanaman, dan mengandung unsur hara untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Diperlukan komposisi media yang lebih baik agar tanaman dapat tumbuh dengan subur. Dewi (2005) melaporkan bahwa media tanam dengan campuran pasir : pupuk kandang : tanah  dengan perbandingan (1:1:2) menghasilkan respon terbaik terhadap tinggi tanaman total dan panjang tunas pada pembibitan mangga. Susilawati, 2007 melaporkan bahwa komposisi media arang sekam: tanah: kompos (1:2:1) menghasilkan pengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman Helichrysum bracteatum. Percobaan penggunaan campuran media tanam dengan perbandingan yang tepat perlu diterapkan untuk mengetahui media tanam yang cocok pada proses aklimatisasi di Kebun Raya Purwodadi.

Perlakuan terhadap aksesi tanaman saat pengoleksian dapat diperbaiki untuk menambah daya adaptasi dan mengurangi jumlah tanaman yang mati di lapangan. Metode yang dapat diterapkan antara lain perendaman pada cairan Rotone untuk merangsang pertumbuhan akar (Wawangningrum dan Puspitaningtyas, 2008). Pada jenis paku, akar dibungkus dengan plastik hitam dengan tujuan menjaga stabilitas auksin pada akar (Hartini, 2006). Larutan Benlate fungisida (benomyl 0,03%) dapat digunakan untuk mengurangi pembusukan material stek (Danthu dkk,. 2002).  Semakin banyak jenis yang mampu beradaptasi maka semakin banyak tanaman yang dapat terkonservasi di Kebun Raya Purwodadi, mengingat laju degradasi hutan yang semakin bertambah.

2.      Aklimatisasi terhadap tanaman koleksi Anggrek
Rata-rata aklimatsisasi terhadap koleksi hasil ekplorasi anggrek hanya memberikan 50% kehidupan. Jenis anggrek yang dikoleksi dari Egon cukup banyak dan beragam.  Terdapat 17 nomor yang mati dari 32 nomor yang dikoleksi. Jenis anggrek dari Gunung Mutis terdapat 5 nomor yang mati. Jenis angrek yang dikoleksi dari Taman Camplong hanya 3 nomor dan hanya 1 nomor yang bertahan  hidup. Banyaknya jenis yang mati merupakan bukti bahwa banyak anggrek yang tidak mampu beradaptasi di Kebun Raya Purwodadi. Terdapat 2 kemungkinan yang menyebabkan anggrek mati. Kondisi lingkungan yang berbeda dengan habitat aslinya dan aklimatisasi yang tidak tepat. Secara keseluruhan kondisi tanaman anggrek dari Egon, Gunung Mutis dan Taman camplong yang terdapat di rumah kaca tidak dalam keadaan segar. Salah satu jenis anggrek endemik dari Nusa tenggara adalah Jenis Corybas insuliformis.  Anggrek ini tidak mampu beradaptasi dalam waktu yang tidak lama. Koleksi anggrek dari Gunung Mutis Lebih terlihat prima dan segar bila dinbanding anggrek dari Egon. Jenis Eria retusa, Eria rhynchostyloides, Pholidota glabra, Ceratostylis radiate, Dendrobium kuhlii yang diperoleh dari Gunung Mutis mampu beradaptasi dengan baik di Kebun Raya Purwodadi.
Terdapat banyak anggrek yang mengering terutama untuk jenis epifit. Anggrek epifit hasil eksplorasi diaklimatisasi hanya dengan penyiraman saja dan tanpa ada penambahan nutrisi. Anggrek epifit membutuhkan media tanam tambahan unsur hara agar dapat tumbuh dengan baik. Di habitat aslinya anggrek mendapat kebutuhan unsur hara dari pelapukan humus pada medianya. Tirta (2006) melaporkan bahwa media campuran pakis dan kadaka (1:1) ditambah pupuk inabio 2,5 mL L-1 memberikan pertumbuhan yang baik pada Jenis Dendrobium.  Unsur-unsur yang diberikan melalui daun dengan cara penyemprotan atau penyiraman kepada daun tanaman agar langsung dapat diserap guna mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangan. Penyiraman merupakan faktor yang penting untuk aklimatisasi anggrek epifit karena anggrek epifit memperoleh nutrisi dan air melalui mudia tanam dan udara. Penyiraman Anggrek pada proses aklimatisasi di rumah kaca Kebun Raya Purwodadi hanya dilakukan pada pagi hari ,antara hari senin sampai jumat.Penyiraman pada hari sabtu dan minggu tidak dilakukan. Faktor frkuensi penyiraman yang tidak teratur juga menjadi penyebab banyak anggrek epifit yang  berkondisi kering.
Jenis anggrek tanah lebih terlihat segar. Ketersedian nutrisi pada tanah membuat anggrek terlihat lebih segar. Ph media tanam anggrek tanah adalah 5,2. Keasaman media terjadi karena media yang digunakan terlalu lama. Terdapatnya jamur dan bakteri dimungkinkan terjadi pada media asam tersebut. Perlu adanya perbaikan media tanam untuk anggrek tanah agar jenis Anggrek tanah yang tidak tahan terhadap kondisi asam dapat hidup. Dari 4 nomor  aksesi anggrek tanah Goodyera sp, 3 nomor  aksesi tidak mampu beradaptasi dengan kondisi media asam menunjukan bahwa anggrek tersebut tidak tahan terhadap media asam. Penambahan nutrisi pada anggrek tanah juga diperlukan untuk memenuhi unsur hara yang tidak terdapat pada media. Jenis angrek tanah endemik Nusa Tenggara yang tidak bertahan hidup adalah Corybas insuliformis. Anggrek ini tidak dapat bertahan kurang dari 1 bulan setelah ditaman pada media tersebut. Anggrek tanah membutuhkan unsur hara dalam pertumbuhanya. Penambahan pupuk diperlukan untuk mencukupi kebutuhan unsur hara dalam tanah. Pemupukan anorganik dan organik mampu menunjang produktifitas perkembangan tanaman anggrek (Rondonumu dkk, 2009). Pemupukan dapat dilakukan dalam bentuk penyemprotan pada daun ataupun pada media tanamnya.



Kesimpulan
Hasil aklimatisasi di unit seleksi dan pembibitan terhadap hasil eksplorasi tanaman dari Nusa tenggara mampu memberikan 69 jenis tanaman dari Egon dapat  bertahan (53%), 12 jenis tanaman dari Gunung Mutis dapat bertahan (38%), dan 30 jenis tanaman dari Taman Wisata Camplong (63%). Material biji mampu tumbuh dengan baik di Kebun Raya Purwodadi. Media tanam untuk koleksi sangat asam. Koleksi anggrek epifit secara keseluruhan terlihat kering.

Kepustakaan
Abban, P.F, Askan, Santoso W, Goni A, Subekti D, 2011. Laporan Eksplorasi Flora di Kawasan Hutan Gunung Egon Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Kebun Raya Purwodadi. Pasuruan: Jawa Timur
Danthu PP, Soloviev A, Gaye A, Sarr M, Seck and I Thomas, 2002. Vegetative Propagation of some West African Ficus species by Cuttings. Agroforestry Systes 55: 57–63
Dewi, K. 2004. Respon Pertumbuhan Bibit Stum Mangga (Mangifera indica L.) Var. Kelapa dan Arumanis Pada Komposisi Media dan Ukuran Wadah yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian
Monk, K. A., V. De Freter, G. Reksodihardjo – Lilley. 1997. The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku (The Ecology of Indonesia Series Volume V). Periplus Edition. Singapore.
Rondonumu JJ dan DD.Pioh. 2009. Nutrient Needs of Decorated Plant “Anggrek”. Soil Enviroment 7(1):73-79
Solikin, Masrom A, Jafar, Suhadinoto. 2011. Laporan Eksplorasi Flora di Kawasan Hutan Gunung Mutis dan Taman Wisata Alam Camplong Nusa Tenggara Timur. Kebun Raya Purwodadi. Pasuruan: Jawa Timur
Suparwoto, Waluyo and Jumakir. 2006. Pengaruh Atonik terhadap Perkecambahan Biji Duku. Jurnal Agronomi 10(2): 77-79
Suprapto, A., D. Narko and Kiswojo. 2007. An Alphabetical List of Plant Species Cultivated in The Purwodadi Botanical Garden. Purwodadi Botanic Garden. Pasuruan
Susilawati, E. 2007. Pengaruh Komposisi Media terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Tanaman Helichry bracteatum dan Zinnia elegans. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Istitut Pertanian Bogor.
Tirta, I.G. 2006. Pengaruh Beberapa Jenis Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Jamrud (Dendrobium macrophyllum A. Rich.). Biodiversitas 7(1):81-84

Wawangningrum, H dan D.M. Puspitaningtyas2008.  Keanekaragaman Araliaceae di Suaka Alam Sulasih Talang – Sumatera Barat dan aklimatisasinya.  Biodiversitas 9(2): 123-127.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar